Pemerintah Kota Surabaya kembali menggelar seri ketiga Sekolah Kebangsaan 2015. Bertempat di depan rumah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, Selasa (3/11), acara tersebut dihadiri oleh ratusan pelajar SD, SMP, SMA dan SMK di kecamatan Genteng. Mereka mendapat kobaran semangat dari Hartoyik, Legiun Veteran Republik Indonesia.
Menurut Hartoyik, Sekolah Kebangsaan hanya ada di Surabaya dan tidak ada di kota lainnya. Hartoyik menegaskan, Sekolah Kebangsaan digelar agar anak cucu mengetahui sejarah Indonesia. Rumah HOS Tjokroaminoto dipilih menjadi tempat penyelenggaraan Sekolah Kebangsaan agar selalu diingat oleh para generasi penerus bangsa. Karena rumah ini melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang berpengaruh terhadap perjuangan kemerdekaan.
Lebih lanjut Hartoyik menjelaskan tentang perjuangan yang terjadi di Surabaya. Ia menjelaskan telah terjadi pertempuran luar biasa antara Ujung Galuh dengan pasukan Tar-tar. Surabaya juga menjadi tempat pertempuran 10 November. Ia mengharapkan kepada Pemerintah agar mengadakan peringatan Hari Pahlawan secara nasional. Melalui upacara dengan presiden Republik Indonesia sebagai inspektur upacara.
Dalam kesempatan tersebut Nurwiyatno, penjabat walikota Surabaya memberikan wawasan kebangsaan. Menurutnya, arek-arek Suroboyo bersatu padu membawa bambu runcing mempertahankan kemerdekaan melawan musuh bersenjatakan meriam. Semangat juang tanpa kompromi, semangat inilah yang mengalir dalam darah pelajar.
Masih menurut Nurwiyatno, pelajar mendapat tugas yang tidak mudah karena menghadapi era globalisasi. Budaya asing datang begitu deras, ia meminta kepada para pelajar untuk benar-benar menyaring budaya yang tidak sesuai dengan budaya sendiri. Di era globalisasi pekerja asing akan datang menjadi pekerja. Ia juga meminta para peserta berjuang dengan rajin belajar.
Biografi H.O. S Tjokroaminoto
H.O. S Tjokroaminoto merupakan pahlawan pergerakan nasional yang dikenal dengan nama Raden Hajdi Oemar Said Tjokroaminoto dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1882 di Desa Bukur, Madiun, Jawa Timur, Indonesia.
H.O.S Tjokroaminoto masuk pangreh praja setelah dia menamatkan studi di OSVIA, Magelang pada tahun 1990. Kurang lebih selama 7 tahun ia bergabung dalam keanggotaan pangreh praja, kemudian ia keluar di tahun 1907 karena sistem pendidikan di sana yang dinilai berbau feodal.
Di Indonesia, dia adalah ketua dari Sarekat Islam (SI) di Surabaya. Dia mulai bergabung dengan Sarekat Islam sejak bulan Mei 1912. Sebelum menjabat sebagai ketua SI, dia bekerja sebagai teknisi di Pabrik Gula Rogojampi. Selain sebagai pimpinan SI, dia dianggap guru yang patut diteladani. Ajaran dan didikannya terhadap muridnya melahirkan beberapa tokoh nasional lain, seperti : Kartosuwiryo (berhaluan agamis), Muso Alimin (berhaluan sosialis/komunis), dan Soekarno (berhaluan nasionalis). Soekarno, salah satu murid H.O.S Cokroaminoto, adalah tokoh proklamator dan nasionalis yang menjabat sebagai presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan Muso merupakan pelopor pemberontakan PKI di Madiun, Indonesia. Muridnya yang lain, Kartosuwiroyo, yang menginginkan terbentuknya Negara Islam Indonesia menjadi dalang dari gerakan DI/TII.
H.O.S Tjokroaminoto sempat ditangkap oleh Belanda di bulan Agustus 1921. Cukup setahun dia harus tinggal dibalik jeruji besi, kemudian dia dibebaskan di bulan April 1922. Setelah bebas, ia mendirikan markas di Kedung Jati di tahun 1922. Di tahun yang sama, ia juga mendirikan Pembangunan Persatuan.
Di bulan September 1922, dia mulai menulis dan menerbitkan sebuah artikel berseri berjudul “Islam dan Sosialisme” di Soeara Boemiputera. H.O.S Tjokroaminoto menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta, Indonesia, karena penyakit yang dideritanya. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Pekuncen, Yogyakarta, Indonesia.