Berbagai wawasan serta pengalaman banyak didapat oleh para guru-guru Surabaya yang dikirim Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ken Busan, Korea Selatan beberapa waktu lalu. Mulai dari budaya, sistem pembelajaran, kurikukulum sampai pada adat isitiadat yang berbeda, mereka coba untuk disesuaikan dengan sistem pendidikan yang ada di Surabaya, tujuannya ialah satu yakni mewujudkan pendidikan Surabaya menjadi lebih baik.
Kemarin (15/10) bertempat di ruang Kartini kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) sebanyak 20 guru SMP dari berbagai mata pelajaran (mapel) yang di kirim ke negeri Gingseng tersebut lakukan presentasi hasil kunjungan berikut implementasi-implementasi yang telah dilakukan di sekolah masing-masing.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dra. Eko Prasetyoningsih, M. Pd menjelaskan presentasi yang dilakukan oleh para guru ini bertujuan untuk melakukan penyesuaian pola-pola pembelajaran, budaya, serta sistem kurikulum yang mereka dapat selama di Busan. Tujuannya ialah selain nantinya dapat meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di Surabaya juga wawasan serta pengetahuan mereka dapat tersalurkan tepat sasaran.
“Ada beberapa kebiasan yang kadang kala kurang sesuai dengan budaya mengajar di Surabaya, semisal di Busan para siswa ketika masuk kelas harus mencopot alas kaki, hal tersebut dilakukan karena memang kebersihan di sana sangat di junjung tinggi”.
Eko menambahkan, partisipasi orang tua sangat tinggi di sana hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor meningkatnya pendidikan di Korea semakin pesat. Mantan Kepala SDN Wonokusumo tersebut berharap agar pengetahuan serta pengalaman yang sangat berharga ini dapat ditularkan kepada guru-guru lainnya melalui MGMP.
“Meskipun para guru lainnya masih belum mendapatkan kesempatan belajar ke Busan namun paling tidak mereka mendapat sesuatu pengelaman yang berharga untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah masing-masing”.
Sementara itu, Tri Endang Kustianingsih guru mapel Bahasa Indonesia yang mendapatkan kesempatan ke Busan tersebut telah mengimplementasikan pengetahuannya dengan membuat perpustakaan mini. Menurutnya, pembuatan perpustakaan mini tersebut terinspirasi oleh gerakan literasi yang telah dicanangkan Surabaya.
Selain itu, guru SMPN 46 tersebut mengajarkan kepada para siswa bagaimana merangsang minat baca dan tulis anak dengan membuat catatan-catatan kecil yang disertai gambar-gambar dalam bentuk scrap books.
Tidak hanya itu, Tri juga mencoba mengaplikasikan pendidikan kewirausahaan ke dalam sebuah konsep pembelajaran di kelas. Ia mencoba menggandeng para koki di salah satu hotel terkenal untuk mejadi guru tamu.
“Melalui konsep pembelajaran wirausaha yang saya dapat dari Busan, semoga dapat menginspirasi siswa-siswa Surabaya untuk lebih maju dan memiliki banyak keahlian”.
Berbedan dengan Tri, Endang guru mapel IPA dari SMPN 4 telah melakukan inovasi pembelajaran dengan mengimplementasikan pengalaman yang ia dapat dalam bentuk mewujudkan hutan sekolah dan green wall. (Humas Dispendik Surabaya)