Setelah melalui pameran poster karya ilmiah, kompetisi peneliti belia atau Young Scientists Competition (YSC) 2015 yang diikuti siswa SMP, SMA dan SMK se Surabaya memasuki babak presentasi karya, Selasa (13/10). Berdasar paparan di hadapan dewan juri, dari 278 karya yang dilombakan diambil 10 besar untuk kemudian dipilih juara pertama, kedua, dan ketiga, serta penghargaan special award untuk setiap kategori penelitian.
Juara pertama untuk kategori Fisika diraih Rida Nafianti dan Hana Kireina Widiyanti dari SMA Al-Hikmah dengan judul penelitian Sintesis dan Karakterisasi Ekstrak Lumpur Lapindo Nanomaterial (Sebuah Inovasi dalam Teknologi Fisika Material), juara dua direbut Andreas Martin dan Luke Baskoro dari SMAK St. Louis 1 dengan hasil riset Rumus Kerusakan, dan juara ketiga oleh disabet Winston Cahya dan Stevano Prawiro dari SMP Kristen Petra 3 dengan penilitiannya tentang Pemanas Air Bersistem Simas Yang Praktis Dan Ramah Lingkungan.
Sementara kategori komputer, juara pertama direbut Alifa Izzan Akhsani Akhsani dari SMA 5 dengan judul penelitian Learning Hanacaraka Using Robo ARM Remote By Android Application, juara kedua direbut tim dari SMP Islam Al Azhar 13 dengan judul penelitian Penerapan Microcontroller pada Al Azhar Plant Watering Automation (APWA), dan juara ketiga diraih oleh tim SMA Santa Maria dengan penelitiannya melalui Jamu Warrior (Joint Of Analyst And Medical Universe).
Juara pertama kategori Matematika diraih Jonathan Tanuwijaya dari SMA Cita Hati dengan judul penelitian The Study of Nature through Fibonacci and Golden Ratio in Connection with the Pattern of Phyllotaxis, juara kedua direbut Ignatius Phuan Ahimsa dan Rizky Izza dari SMPN 26 melalui penelitian tentang Modifikasi Permainan Monopoli Dalam Implementasi Pembelajaran Aritmatika Sosial, dan juara ketiga diraih Michael Anharlintama dan Michael Jovan dari SMA Santa Maria dengan judul penelitian MARS (Math Application Researches of Statistic).
Di kategori Environmmental juara pertama Lizabeth Maria Clarissa Laytno bersama tim dari SMA Katolik St. Louis 1 melalui penelitiannya dengan judul Pemanfaatan Limbah Bonggol Pisang menjadi Subtitusi Daging sebagai Alternatif Pangan, juara kedua diraih oleh Amelia Chrisanta bersama Yohanes Robby dari SMAK Santo Hendrikus dengan judul penelitian Penelitian Kuantitatif Air dan Sampah di SMAK Santo Hendrikus Surabaya, juara ketiga diraih oleh Regina Yacika bersama Robert Adhitama dari SMA Kristen Petra 1 dengan penelitian Anadara granosa Shell as Antibacterial Biocoating on Textil.
Sedangkan untuk kategori Life Science, juara pertama diraih oleh Muhammad Al-Firdausy dan Amira Bharata dari SMP Islam Al Azhar 13 melalui penelitiannya Ekstrak Daun Saga Telik (Abrus precatorius L.) sebagai Penekan Batuk Alami, juara kedua diraih oleh Jocelyn Suryasaputra dari sekolah Cita Hati West dengan judul penelitian Investigation of Mice Activity Due to Feeding Variations, dan juara ketiga diraih oleh Loviona Novellia Francia dan Zahra Shofa Qatrunnada dari SMPN 18 dengan judul penelitian Pemanfaatan Isi Biji Sawo sebagai Lotion untuk Menanggulangi Penyakit Demam Berdarah.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya Ikhsan mengatakan, para peneliti belia peraih juara satu hingga tiga akan mewakili Surabaya ke tingkat nasional pada ajang lomba yang sama. “Mereka adalah yang terbaik di antara semua peserta yang sebenarnya juga memiliki karya dengan kualitas baik-baik,” kata dia usai pemberian penghargaan kepada pemenang.
Ikhsan menyatakan, selain secara kualitas karya siswa-siswa Surabaya mengalami peningkatan, kuantitas peserta juga terus meningkat. Tahun lalu total karya peserta berjumlah 207, tahun ini menjadi 278 karya ikuti kompetisi. Dengan banyaknya peserta dari tahun ke tahun, Dispendik akan membuatkan wadah pembinaan.
Mulai tahun depan, akan dibentuk klub peneliti belia. Klub ini menampung semua peneliti belia mulai dari angkatan pertama sampai ketiga. “Kalau ditotal, jumlah peneliti belia mulai angkatan satu sampai ketiga ini mencapai 400 lebih. Mereka kami bina dengan adanya klub peneliti belia,” ungkap Ikhsan.
Bukan hanya itu, wahana bagi guru-guru juga disediakan dengan membentuk asosiasi guru peneliti. Mereka akan mendampingi calon-calon penelitia belia dan yang sudah pernah berpartisipasi dalam ajang kompetisi belia tingkat Surabaya.
“Selain untuk ranah pengembangan keilmuan, wahana bagi guru dan peneliti belia itu supaya karya siswa bisa masuk industri untuk diproduksi massal,” tandasnya. (Humas Dispendik Surabaya)