Tak salah jika Surabaya mendapat predikat kota Literasi, bahkan menjadi satu-satunya kota pertama di Indonesia yang telah mengimplementasikan gerakan literasi di berbagai segi. Tadi pagi (12/05), bertempat di lapangan SMPN 12 Ditjen Kementrian Pendidikan Dasar bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya adakan kegiatan “Sastrawan Bicara Siswa Bertanya”.
Kegiatan Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) tersebut bertujuan untuk memperkenalkan, membangkitkan rasa ingin tahu, serta memotivasi siswa agar dapat menghargai sekaligus menghasilkan karya-karya sastra yang bermutu dan berkualitas.
Perwakilan Ditjen Kementrian Pendidikan Dasar Agus Suhariyanto menjelaskan, SBSB ini merupakan bentuk penumbuhkembangan pendidikan karakter kepada para pelajar. Mengapa ini dilakukan? Karena didalam sastra terkandung nilai moral serta nilai perjuangan yang dapat kita gali bersama.
“SBSB ini merupakan sebuah kegiatan kongkrit pembelajaran sastra, sekaligus menepis keabstrakan yang sering membosankan sebuah proses kegiatan belajar mengajar disekolah”.
Kepala Dispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM mengungkapkan proses mewujudkan gerakan keliterasian di surabaya tidaklah mudah. Hal tersebut diawali dengan pembangunan perpustakaan-perpustakaan di sekolah, menyiapkan sudut-sudut baca pada fasilitas umum, sampai program Tantangan Membaca Surabaya 2015 (TMS).
Lebih lanjut, mantan Kepala Bapemas tersebut menjelaskan program TMS merupakan upaya dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa, menjadikan membaca sebagai kebiasaan sehari-hari, menjadikan anak Surabaya sebagai pembaca sepanjang hayat, serta sebagai perwujudan Surabaya sebagai kota literasi. Ikhsan menambahan bahwa target yang akan dicapai ialah siswa Surabaya mampu membaca 1.000.000 buku.
“Program literasi di Surabaya ternyata nyambung dengan program Kementrian”, pungkasnya.
Keberhasilan program literasi juga didukung oleh program-program di sekolah, seperti halnya SMPN 43 yang telah berhasil mengembangkan karya sastra lewat judul buku yang berjudul “Menabur Mimpi Mengukir Asa”.
Sementara itu, Alfina Dwi peserta dari SMPN 11 telah menyiapkan pertanyaan kepada para sastrawan terkait bagimana mengalihkan kebiasaan membaca novel atau cerita fiksi ke kebiasaan membaca buku ilmu pengetahuan.
Setidaknya perwakilan siswa dari 52 SMPN serta beberapa SMP Swasta turut menyemarakkan kegiatan SBSB yang menhadirkan sastrawan kondang Joni Ariadinata dan aktor Iman Sholeh dan Wawan Sofyan. (Humas Dispendik Surabaya)