Berbagai karya cemerlang yang sering dihasilkan siswa SMK merupakan sebuah dorongan serta semangat baru dalam peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di Surabaya. Karya tersebut akan lebih bermanfaat untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Kebutuhan akan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan inklusi merupakan sebuah tanggung jawab bersama semua pihak. Berbagai karya mulai dari pembuatan kursi roda alat pembelajaran dari siswa SMK merupakan sebuah upaya sinergitas bersama dalam membantu meningkatkan pendidikan inklusi di Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM menyampaikan bahwa saat ini pihaknya tengah mendata kebutuhan sekolah-sekolah inklusi, diharapkan pemenuhan sarana dan prasarana akan tercukupi melalui bantuan karya siswa SMK yang selama ini membantu dalam membuat sejumlah kursi dan peralatan pembelajaran lainnya.
“Bantuan sarana dan prasarana pendidikan inklusi tengah dikerjakan oleh beberapa SMK di Surabaya”, tutur Ikhsan dalam workshop ”Stimulasi Tepat, Anakku Hebat! – Empowering Special Needs Children for The Future”, Sabtu (18/04) di Gramedia Expo.
Pada kesempatan workshop ini juga dibahas tentang upaya meningkatkan stimulan/rangsangan anak inklusi dengan menggunakan metode PECS (Picture Exchange Communication System) . Dengan menggunakan bentuk visualisasi metode PECS diharapan mampu meningkatkan kecakapan komunikasi anak autis.
Josephine M. J Ratna, PhD narasumber terapis klinik dalam workshop ini, mengemukakan pada umunya anak autis memiliki kemampuan yang menonjol di bidang visual. Peneltian menunjukkan, bahwa 17 dari 24 anak autis yang diteliti memiliki hambatan berkomunikasi dengan orang lain.
Melalui penggunan metode PECS merupakan salah satu sarana yang menitikberatkan pada penggunaan alat bantu visual dalam membantu anak autis untuk berlatih komunikasi.
Dalam metode PECS menggunakan gambar-gambar dengan cara tukar menukar gambar dengan benda atau barang yang dikehendaki anak. Guru, terapis, orang tua ataupun siapapun ketika anak meminta sesuatu dengan menunjuk atau menggandeng tangan tidak akan diberikan sebelum anak menunjukkan bantuan gambar sebagai alat bantu dalam kemampuan berkomunikasinya.
PECS dilaksanakan dengan cara anak memberikan gambar kepada orang lain sehingga orang lain paham akan gambar yang diinginkannya.(Humas Dispendik Surabaya)