Kekosongan kursi kepala sekolah definitif yang disebabkan oleh pensiun, habisnya masa periodesasi serta meninggal dunia segara direspon oleh Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya dengan melakukan rotasi kepada 103 kepala SDN se-Surabaya. Hal tersebut juga dilatarbelakangi adanya penggabungan (merger) 65 SDN menjadi 27 SDN.
Tadi pagi (31/03) bertempat di gedung Wanita Surabaya lima orang perwakilan dari 110 kepala sekolah melakukan penandatanganan Pakta Integritas dan disaksikan langsung oleh Tri Rismaharini, Walikota Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM mengemukakan rotasi ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang ada dan belum perlu mengangkat kepala sekolah baru. Tidak hanya itu, berbagai program pendidikan yang telah terjadwal seperti UN dan program-program pengembangan pendidikan lainnya harus dapat berjalan secara optimal guna mewujudkan Surabaya sebagai barometer pendidikan nasional.
Ikhsan berharap agar nantinya kepala sekolah mendapatkan tugas di tempat baru dapat melaksanakan program-program Dispendik dengan sebaik-baiknya.
Dalam sambutannya Tri Rismaharini mengatakan, Ujian Nasional (Unas) bukan akhir dari segala-galanya. Walikota berpesan agar kepala sekolah tidak boleh memaksakan siswa untuk mendapatkan nilai terbaik. Menurutnya, masa depan anak tidak ditentukan Unas. Ia menambahkan, jika para kepala sekolah telah memberikan yang terbaik, maka sisanya diserahkan pada Tuhan.
Walikota menambahkan, saat ini Indonesia memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), seluruh warga Asean terlibat pedagangan internasional. Yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang tak hanya mampu bersaing di dalam negeri, tetapi juga dapat bersaing dengan negara lain.
Guna meningkatkan kualitas sekolah, pemkot juga meningkatkan fasilitas sekolah. “Tiap kelas smp sudah dibantu komputer dan LCD. Yang SD dibantu lima unit dulu. Berikutnya baru per kelas.
“Untuk itu kita perlu siapkan SDMnya terlebih dahulu, jangan sampai para guru Surabaya tidak mampu menggunakan IT”, ujar Walikota yang masuk 50 besar tokoh besar dunia versi majalah Fortune.
Sementara itu, Edy Santoso mantan Kepala SDN Kutisari II yang mendapatkan tugas baru menjadi Kepala SDN Kaliasin III mengaku haru ketika akan meninggalkan sekolah sebelumnya. Menurutnya banyak kenangan bersama siswa, guru dan masyaratkat sekitar yang bersama-sama memajukan sekolah.
“Semenjak saya disitu (SDN Kutisari II) banyak perubahan yang menonjol tidak hanya aspek akademis tapi juga pengembangan fasilitas sarana dan prasaran sekolah telah terpenuhi”. (Humas Dispendik Surabaya)