Studi Bank Dunia (1995) terhadap 150 negara menunjukkan faktor penentu kemajuan suatu bangsa yaitu aspek inovasi 45%, networking 25 %, SDA 10 %, teknologi 20 %.Aspek inovasi, networking , dan teknologi berkaitan dengan SDM, artinya kemajuan sebuah negara 90 % ditentukan oleh SDM, sementara aspek SDA hanya 10 %. Dua komponen penting pengembangan SDM terdapat pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Tahun 2020-an Surabaya akan menjadi kota megapolis dengan ±70% tenaga bekerja di sektor jasa (services) sebagai aktivitas ekonomi utama, sehingga high level services akan menjadi pemandu perubahan (Encity, 2005 dan sumber lain).
Grand Design Pendidikan Kota Surabaya 2025 mengamanatkan dua point penting dalam pembangunan pendidikan yaitu kebermaknaan pendidikan, & meningkatkan pemerataan mutu pendidikan. Visi dan misi “Surabaya sebagai Barometer dan Inspirator Pendidikan” perlu di operasionalkan secara konkrit melalui program-program secara komprehensif dan lintas sektoral melalui sinergi program di sekolah dan program di masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM dihadapan para kepala SD se-Surabaya, kemarin (03/03) di gedung Wanita dalam kegiatan Rapat Kerja Kepala Sekolah se-Surabaya.
Ikhsan menjabarkan dalam Peningkatan akses mutu melalui program ‘Sekolah Inspirasi’ di Sekolah Kawasan. Inovasi guru, MBS, Sekolah sehat dan bersih, pengembangan bakat & minat, Budaya literasi & perpustakaan, Edupreneurship. Pemberdayaan masyarakat melalui program ‘Kampunge’ Arek Suroboyo’ dan ‘Pertisipasi Masyarakat’.Kampung Belajar, Kampung sehat & Hijau, Kampung Asuh, Kampung kreatif, Kampung Aman, Kelas Inspiratif, permberdayaan masyarakat.
“Konsep tersebut merupakan penjabaran dari Surabaya sebagai barometer dan inspirator pendidikan nasional yang bertujuan mewujudkan Surabaya sebagai Kota Layak Anak”.
Pakar Pendidikan UNESA Prof. Dr. Mukhlas Samani mengungkapkan bahwa kepala sekolah memiliki peranan yang penting untuk memajukan pendidikan dengan memotivasi para guru dan siswa serta menjalin komunikasi dengan baik antara guru dengan siswa, orang tua dengan sekolah, serta lingkungan masyarakat sekitar.
Sementara itu, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan tantangan para siswa ke depan sungguh luar biasa, tidak hanya intelektualnya saja yang harus bagus namun juga harus memiliki sebuah bakat dan potensi. Untuk itu mari kita dorong bersama keampuan potensi yang ada sehingga mewujudkan siswa-siswa yang berprestasi serta dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Terkait CSR (Campus Social Responbility), Kepala Dinsos Kota Surabaya Drs. Supomo, MM mengutarakan program pendampingan CSR bertujuan untuk memberikan Role Model bagi anak-anak sebagai pengganti Orang Tua/ keluarga, tertanganinya persoalan-persoalan sosial anak, tidak ada lagi anak berusia sekolah yang tidak bersekolah dengan alasan apapun, tidak adanya anak jalanan dan anak rentan yang berpotensi menjadi anak jalanan, dan terbentuknya kepedulian sosial antar warga Surabaya.
Guna mewujudkan Kampung’e Arek Suroboyo yang merupakan bagian dari terciptanya Surabaya sebagai Kota Layak Anak. Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya Dra. Nanis Chairani, MM menjelaskan Inisiasi Kampung’e Arek Suroboyo diwujudkan melalui terciptanya kampung belajar, kampung sehat, kampung asuh, kampung kreatif dan inovatif, serta kampung aman.
“Setiap kampung ada indikatornya masing-masing, seperti pada kampung belajar jam belajar masyarakat dimulai pukul 18.00 – 20.00 WIB, serta pembatasan melihat tayangan telivisi bagi anak maksimal sampai pukul jam 21.00 WIB”. (Humas Dispendik Surabaya)