Budi (nama samaran), mantan pencandu narkoba yang sering keluar masuk lembaga pemasyarakatan tersebut menceritakan tentang kehidupannya bersama narkoba. Awal mula perkenalannya dengan narkoba, diawali melalui rokok sejak usia sembilan tahun. Bersama ketiga saudaranya ia, menghabiskan hampir separuh hidupnya menjadi pengguna narkoba. Berkali-kali masuk panti rehabilitasi tak membuatnya berhenti manjadi pecandu, bahkan sampai menjadi seorang bandar besar.
Semenjak kecil ia kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Sehari-hari ia, hanya ditemani seorang supir dan seorang pembantu. Jalinan komnukasi yang kurang baik dengan orang tua sangat fatal akibatnya terutama sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak. Sifat adiktif dari bahan-bahan yang terkandung dalam narkoba memiliki sifat candu yang tinggi bagi pengkonsumsinya.
Pria kelahiran asal ibu kota tersebut menerangkan bahwa peranan orang tua dalam menjalin komunikasi yang baik terhadap para putera-puterinya menjadi salah satu tameng dalam upaya pencegahan narkoba yang kini kian marak dilingkungan para pelajar.
Rabu (18/02), bertempat di ruang aula atas kantor Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya, Budi bersama BNN berbagai pengalaman bersama para perwakilan guru SD yang mendapatkan sosialisasi tentang upaya pencegahan narkoba di kalangan pelajar.
Badi Supratikno dari BNN Kota Surabaya menjelaskan obat-obatan yang sering direkomendasikan untuk kesehatan dewasa ini sering disalahgunakan oleh para kalangan remaja untuk dikonsumsi sebagai salah satu pola gaya hidup masa kini (trandsetter).
Suparti menambahkan efek narkoba berdasarkan ilmu farmakologi meliputi, Depresan yakni efek dari narkoba yang dapat menekan sistem saraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri.
Kemudian efek yang kedua yakni, stimulan yaitu efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari kerja biasanya dan mengakibatkan seseorang lebih bertenaga senang serta gembira untuk sementara waktu.
Ketiga yakni, Halusinogen dimana efek dari narkoba jika dikonsumsi dengan dosis tertentu, dapat mengakibatkan seseorang menjadi berhalusinasi. Contohnya dihasilkan dari jenis kokain serta LSD (Lysergic Acid Diethylamide).
Dan kemudian efek yang terkahir yakni, Adiktif dimana rasa dan ingin terus mengkonsumsi zat tertentu karena zat dalam narkoba telah memutuskan syaraf-syararf dalam otak dan merusakan organ tubuh lainnya yang dapat berakibat pada kematian.
“Dewasa ini banyak makan sering dimanfaatkan dalam sebagai upaya memasarkan narkoba di kalangan pelajar, oleh karena itu para guru dan orang tua harus lebih berhati-hati dalam mengawasi anak”.
Sementara itu, Kasi Penmas Thussy Apriliyandari SE, menyampaikan program sosialisasi penyuluhan narkoba kepada para guru SD ini merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan narkoba sejak dini dikalangan pelajar.
Pada kegiatan ini, para guru dapat membuat sebuah program bersama dalam mencegah penyalahgunaan narkoba disekolah sekaligus sebagai upaya bersama dalam menyelamatkan para generasi muda dari bahaya narkoba. (Humas Dispendik Surabaya)