Dalam rangka menyambut dan memperingati hari yang sangat bersejarah bagi seluruh umat Islam di dunia yaitu hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW, Warga SMPN 23 Surabaya mengenang sirah nabi atau sejarah perjalanan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan Agama Islam dengan berbagai kegiatan mulai dari melantunkan Sholawat Nabi, penampilan tim Banjari, penampilan tim Samroh, sambutan-sambutan, dan ceramah agama. Peringatan Maulid Nabi yang digelar di Lapangan Basket, atau lapangan tengah, menghadirkan Ustadz H. Muhammad Ghufron Abadan, Jumat (9/1).
Dalam paparan ceramahnya yang diberi judul “Ojo Pisan-Pisan”, atau “Jangan Sekali-sekali” dalam Bahasa Indonesia, Ghufron memberikan pesan yang pertama bahwa “Ojo Pisan-Pisan Lupa Sejarah”. Satu gambaran sejarah tentang hukuman Allah kepada Raja Abrahah dari Negeri Yaman. Abrahah mengutus Hanathah pergi Makkah, dan berkata kepadanya, “Tanyakan siapa pemimpin negeri ini, kemudian katakan kepada pemimpin tersebut, bahwa sesungguhnya Raja (Abrahah) berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya kami datang ke tempat kalian tidak dengan maksud memerangi kalian. Kami datang untuk menghancurkan rumah ini (Ka’bah).
Tiba di Makkah, Hanathah menanyakan siapa pemimpin orang-orang Quraisy, kemudian dikatakan kepadanya, bahwa pemimpin orang-orang Quraisy adalah Abdul Muththalib bin Hasyim.
Hukuman Allah kepada Abrahah dan pasukannya dengan mengirimkan burung-burung seperti burung layang-layang dan burung balsan (sejenis burung Hung) dari arah laut. Setiap burung membawa tiga batu; satu batu di paruhnya, dan dua batu di kedua kakinya.
Allah SWT Mengingatkan Peristiwa Gajah di dalam Al-qur’an : “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. Al Fiil : 1-5).
Ghufron menambahkan pesan yang kedua, yaitu “ Ojo Pisan-Pisan Wani Marang Wong Tuwo” (Jangan Sekali-sekali Berani kepada Orangtua). Ditengah masyarakat banyak kita saksikan anak-anak yang tidak dapat menunjukkan dirinya sebagai anak yang baik bahkan cendrung dia memerlakukan orangtuanya dengan kasar, sadis dan kejam tanpa peri kemanusiaan. Allah telah memeringatkan dalam firman-Nya,”Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ”ah” dan janganlah kamu membentaknya.” [17;23].Ucapan ”ah, cis, hus ” saja tidak boleh apalagi sampai membentak orangtua dengan kata-kata kasar. Mungkin anak tidak berkata ”ah” dan juga tidak berkata kotor, tapi sikap kesehariannya banyak menyakitkan orangtua, mencoreng nama baik keluarga, maka inipun termasuk durhaka kepada orangtuanya.
Sedangkan pesan yang ketiga, yaitu “Ojo Pisan-Pisan Ninggalno Salat” (Jangan Sekali-Sekali Tinggalkan Salat). Kelakar Ghufron kepada hadirin, “Kenapa tidak Subuh? Jawabnya, kesiangan. Kenapa tidak Dhuhur? Jawabnya, kesibukan. Kenapa tidak ‘Asyar? Jawabnya, di perjalanan. Kenapa tidak Maghrib? Jawabnya, kecapekan. Kenapa tidak Isya’? Jawabnya, ketiduran. Lantas kapan salat, Kalian?” Serentak disaut dengan “Geeerrrrr…”, tawa hadirin. Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah salatnya. Apabila salatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila salatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi…”. (Humas Dispendik Surabaya)