Seiring dengan diraihnya predikat sebagai kota pendidikan inklusi terbaik, Surabaya menjadi tempat penyusunan pedoman layanan asesmen anak berkebutuhan khusus (ABK). Acara yang berlangsung di Hotel Narita merupakan hasil kerjasama antara Yayasan Pendidikan BPS Sekolah Galuh Handayani dengan Direktorat Pembinaan PK-LK Dikdas Ditjen Dikdas Kemendikbud.
Selama dua hari, 22-24 Desember 2014 para guru ABK bersama para praktisi di bidang pendidikan layanan khusus, psikolog, fisioterapi, dan dosen PLB akan melakukan penysunan pedoman layanan pusat asesmen ABK.
Melalui diskusi kelompok, para praktisi tersebut akan membahas tentang penyusunan pedoman layanan pusat asesmen ABK, penyusunan instrumen asesmen tunanetra dan tunarungu, penyusunan instrumen asesmen tunagrahita dan tunadakasa, serta penyusunan instrumen asesmen autis dan slow leaner.
Dra. Sri Wahyuningsih Kasubdit Kelembagaan dan Pserta Didik Direktorat PPK-LK yang mewakili Dirjen Dikdas Kemendikbud menerangkan penyusunan pedoman asesmen ABK ini berawal dari kekhawatiran kesiapan layanan ABK di Indonesia masih mencapai 35 %, ditunjuknya surabaya sebagai tempat penyelenggara ini karena surabaya telah berhasil menyediakan layanan pendidikan inklusi yang berkualitas baik dari segi guru maupun siswanya.
Sri menambahkan, asesmen yang dihasilkan nantinya tidak hanya ditujukan menjaring para ABK, namun juga dapat dipergunakan dalam menjaring anak-anak reguler.
“Saat ini anak-anak sudah banyak terkontaminasi dengan lingkungan luar yang negatif, oleh karena itu dibutuhkan sebuah penanganan yang sesegera mungkin”.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pendidika Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM mengungkapkan saat ini surabaya tengah berkonsentrasi dalam menyiapkan jangkauan untuk memperluas layanan pendidikan inklusi.
“Di Surabaya masih terdapat 50 Sd, 20 SMP, 2 SMA, dan 2 SMK penyelenggara pendidikan inklusi, kami berharap nantinya seluruh sekolah dapat menyediakan layanan pendidikan inklusi”.
Ikhsan menambahkan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan siswa inklusi juga terus ditingkatkan, salah satunya yakni melalui program keahlian. Program keahlian tersebut diberikan kepada para siswa inklusi di jenjang SMK.
“Para ABK nantinya akan memiliki keterampilan khusus sehingga dapat menjamin kehidupannya sendiri”.
Penyusunan asesmen pedoman layanan ABK dihadiri oleh narasumber dari Kaprodi PLB UNESA Dr. Budiyanto, M. Pd dan Ketua Yayasan Pendidikan BPPS Galuh Handayani Hj. Sri Sedyaningrum. (Humas Dispendik Surabaya)