Maraknya tindak kekerasan yang disertai kejahatan seksual pada anak membuat keprihatinan banyak pihak untuk segera mengupayakan tindakan nayata dalam memberikan perlindungan akan bahaya tersebut.
Oleh karena itu, selama dua hari yakni 12-13 November Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya menggelar seminar yang bertema “Stop Kekerasan Terhadap Peremuan dan Anak” dihadiri kurang lebih 1.000 guru dan kepala sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan (Dispendik).
Kepala Dispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM menerangkan seminar tentang “Stop Kekerasan Terhadap Peremuan dan Anak” merupakan kerjasama bersama anatara Dispendik, Bapemas dan Dinkes Kota Surabaya. Lebih lanjut, Ikhsan menjelasakan melalui seminar ini para guru diharapkan dapat mengetahui bagaiamana cara-cara memberikan perlindungan kepada anak, sehingga tindak kekerasan kepada anak dapat dicegah sedini mungkin.
Ikhsan menambahkan dalam menanggulangi permasalahan anak di kota Surabaya, pihaknya telah berupaya selama beberapa tahun ini melalui konselor sebaya yang kini pengembangannya menjadi ekstrakurikuler konsleor sebaya.
Salah satu tujuan konselor sebaya ini, yakni mencegah perilaku negatif pelajar dan menanamkan Emotional Quotient dan Adversity Quotient yang kuat kepada pelajar serta menjadikan mereka Agent of Change bagi siswa lain.
Target dari konselor sebaya ini nantinya akan menjadi ekstrakurikuler konselor sebaya di setiap sekolah. Melalui ekstrakurikuler konselor sebaya, diharapkan sekolah dapat menampung permasalahan siswa sejak dini serta melalui program konselor sebaya ini dapat mensosialisasikan konsep positif diri siswa dalam kehidupan belajar mengajar mereka.
Pemkot surabaya juga memfasilitasi permasalahan anak melalui “Rumah Sahabat Anak”. Rumah sahabat anak ini didirikan untuk membantu anak-anak mengatasi permasalahan mereka. Misalnya, permasalahan pelajaran maupun masalah yang dihadapi di sekolah. Anak-anak bisa curhat melalui telepon dengan menelpon ke nomor halo anak Surabaya 08001111000 dan 031-5462233.
Sementara itu, Elly Risman S.Psi pembicara dalam acara ini menuturkan kondisi kekerasan seksual yang menimpa para anak di Indonesia sudah amat mengkhawatirkan. Bentuk-bentuk kekerasan seksual dimulai dari kekerasan seksual lewat kata-kata.
Perkembangan arus teknologi dan informasi yang penggunaannya sering disalah gunakan, merupakan salah satu faktor timbulnya kekerasan disertai tindak kejahatan seksual kepada anak. Untuk itu para orang tua harus sadar betul akan bahaya yang sedang mengancam.
Elly juga menambahkan diperlukan adanya kesadaran bersama untuk saling menjaga agar tidak terjadi tindak kekerasan seksual pada anak, baik dilingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. (Humas Dispendik Surabaya)