Uji petik Ujian Nasional (UN) secara daring (online) bakal diikuti oleh semua siswa SMK se Surabaya. Hal itu mematahkan anggapan bahwa peserta ujian hanya untuk siswa di sekolah-sekolah yang sudah siap infrastrukturnya.
Hal itu disampaikan Kepala Seksi Penilaian dan Akreditasi Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Yunus Simangunsong, saat melakukan pendataan sekolah-sekolah yang siap melaksanakan UN daring di SMKN 2 Surabaya, tadi pagi (6/11).
Pengarahan Uji petik Ujian Nasional (UN) secara online dihadiri oleh 37 Kepala SMK dan tim IT, baik negeri dan swasta, hadir dalam kegiatan itu. Mereka adalah sekolah-sekolah yang mengaku siap menjadi pelaksana UN daring.
Yunus mengakui memang tidak semua SMK ditunjuk melakukan UN daring. Infrastruktur sekolah yang memadai akan dijadikan lokasi UN daring. “Mana saja sekolah yang siap masih didata. Tapi, peserta UN online tidak melihat sekolah swasta atau negeri, semua siswa harus ikut ujian,” katanya.
Karena semua siswa harus ikut, kata Yunus, penyelenggara akan membagi jadwal ujian menjadi beberapa shift. Mata pelajaran (mapel) yang diujikan menyerupai UN sesungguhnya untuk tingkat SMK. Diantaranya Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Uji Kompetensi Keahlian (UKK). “Kalau untuk UKK yang di-online-kan hanya teorinya saja. Sementara praktiknya belum,” ujarnya.
Dia menjelaskan, meski Kemendikbud hanya menunjuk Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta, sebagai pilot project UN daring, uji coba ini tetap harus dilakukan di beberapa kabupaten/kota di tiap provinsi se Indonesia. Provinsi lain bisa melakukan di sebagian sekolah yang dipilih sesuai kriteria dari Kemendikbud.
Yunus menyatakan, dengan dilakukannya UN daring bakal menghemat banyak biaya. Sebab, tidak dibutuhkan lagi percetakan untuk mencetak soal, pengawasan dari pihak kepolisian, hingga bisa meminimalkan kebocoran soal-soal ujian. “Sekolah-sekolah yang ditunjuk melakukan UN daring akan dilengkapi CCTV untuk pengawasan. Jadi, cukup menghemat banyak,” tandasnya.
Anggota tim Information and Communications Technology (ICT) Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud, Prihantoosa menambahkan, kriteria sekolah yang bisa menyelenggarakan UN daring ialah mempunyai perangkat yang sesuai dengan ketentuan. Diantaranya, CPU/prosesor minimal dual core dengan speed 2,4 GHz, RAM minimal 4 giga, HDD SATA minimal 40 GB, 2 port ethernet card.
Sementara untuk server software, menggunakan sistem operasi Edubuntu 14.04, LTSP Enable dan tanpa root password. Serta harus memiliki konektivitas internetbaik. “Nanti, sekolah yang siap infrastrukturnya akan diberi lisensi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kemendikbud. Dan mereka berhak melakukan UN daring,” terangnya.
Toosa menegaskan, dalam UN daring, siswa dilarang keras menggunakan laptop. Kecuali laptop tersebut sudah dikarantina terlebih dahulu selama dua minggu untuk diberi pengaman oleh penyelenggara. Selain itu, penggunaan Wifi juga dilarang. Di komputer yang dipakai UN pun hanya tersedia operating system (OS) dan browser untuk membuka soal.
“Security-nya cukup ketat. Bahkan, alamat Internet Protocol (IP) setiap sekolah penyelenggara dibedakan. Ini untuk menunjukkan, bahwa soal tertentu untuk sekolah A, misalnya. Dan soal ini untuk sekolah B. Semua ditunjukkan oleh IP itu,” katanya.
Sementara itu, Kabid Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya, Drs. Sudarminto, M. Pd mengatakan, berdasar daftar nominasi sementara (DNS) UN jenjang SMK, jumlah siswanya mencapai 16.632 siswa. Mereka semua diharapkan bisa mengikuti uji petik UN daring di Surabaya.
“Jadi keliru kalau pesertanya hanya berasal dari siswa yang sekolahnya siap saja dan juga infrastruktur yang siap, tapi kepada seluruh siswa SMK di Kota Surabaya, baik negeri dan swasta,” katanya. Sementara, untuk antisipasi listrik mati saat UN daring berlangsung, kata Sudarminto, pihaknya akan berkoordinasi dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN). (Humas Dispendik Surabaya)