Dunia anak laki-laki sering identik dengan maskulinitas, serta pencarian jati diri di kala usia remaja. Berbagai riset menyatakan peran penting keluarga dalam pembentukan karakter anak-anak karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama kali di kenal oleh individu sejak lahir.
Menjembatani saluran kreatifitas para remeja yang positif ini, Yayasan Hotline Surabaya selenggarakan pameran fotografi. Direktur Eksekutif Hotline Surabaya Esthi Susanti Hudiono menuturkan program keterampilan hidup menghadapi masa remaja melalui pameran fotografi diharapkan mampu menggali potensi yang ada sehingga dapat tersalurkan dengan perwujudan yang lebih baik.
Pada kesempatan ini, dihadapan 75 para pelajar SMP yang hadir dalam pameran fotografi, Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya menyampaikan bahwa upaya Dispendik Surabaya dalam mengatasi berbagai permasalahan anak kota surabaya, salah satunya melalui pelatihan konsleor sebaya yang telah dilaksanakan beberapa tahun ini. “Setidaknya setiap tahunnya 15.000 para ketua OSIS dan ketua kelas mendapatkan pelatihan”.
Dalam pelatihan konselor sebaya para ketua OSIS dan perwakilan ketua kelas akan dilibatkan bersama guru BK dan Waka Kesiswaan mengikuti kegiatan pelatihan bersama. Pelatihan ini melibatkan para konseling yang berpengalaman di bidangnya untuk memberikan pengetahuan kepada para siswa yang dilatih menjadi konsleor bagi teman sebayanya sendiri. Langkah ini, merupakan sebuah deteksi dini terhadap perilaku remaja yang telah menyimpang, sehingga bisa kita tanggulangi secara bersama, ungkap Ikhsan di Hotel Grand Surabaya, tadi pagi (18/08).
Ikhsan juga menambahkan bahwa kegiatan konselor sebaya nantinya akan berkembang menjadi kegiatan ekstrakurikuler konselor sebaya yang dapat diikuti oleh para siswa disekolahnya masiang-masing. “Modul telah kami siapkan, tinggal menunggu pelaksanaannya”.
Sementera itu, Kepala Bapemas & KB Kota Surabaya Nanis Chairani yang membuka acara pameran fotografi “Menjadi Laki-Laki Baru”, mengutarakan bahwa potensi bakat dan kreatifitas para siswa harus terus dikembangkan secara baik, dengan harapan mereka dapat menjadikan karya seninya seperti lukisan “Pablo Picasso”.
Ahmad Junaidi, dengan salah satu karyanya “Berkembang” mengungkapkan, “Berkembang” memiliki arti bahwa dengan merokok dan minum-minuman keras tidak mebuat dirinya menatap masa depan yang lebih baik. Untuk itu, ia putuskan dari kebiasaan yang berdampak buruk terhadap masa depan dan kesehatannya tersebut. Setidaknya 55 karya foto dengan berbagai tema dipamerkan dalam acara ini. (Humas Dispendik Surabaya)