Kasus kebocoran kunci jawaban pada Ujian Nasional (UN) tingkat SMA di Surabaya beberapa waktu lalu. Membuat Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini harus mengumpulkan kepala sekolah SMP, Kamis (1/5), di Graha Sawunggaling.
Dikumpulkannya kepala sekolah SMP se-Surabaya ini bertujuan untuk tidak kembali terjadi kebocoran kunci jawaban UN di tingkat SMP. Wali Kota Surabaya, meminta kepada seluruh kepala sekolah yang hadir untuk tidak memaksakan anak didiknya memperoleh nilai bagus dengan jalan tidak benar.
“Mari kita renungkan apa sebenarnya yang kita cari? Kita memang tidak ingin anak didik kita berhenti sekolah di tingkat SMP. Kita semua ingin anak didik kita bisa meneruskan sampai SMA. Tapi, tidak dengan menghalalkan segala cara. Jangan biasakan mereka mendapatkan nilai bagus didapat melalui jalan pintas supaya bisa lulus,” terangnya.
Kalau hal itu dibiasakan sejak sekarang, lanjut Risma dampaknya mereka pasti tidak mau bekerja keras. Mereka akan sangat tergantung dengan orang lain. Apalagi sebentar lagi mereka harus dihadapkan dengan AFTA 2015, pekerja asing akan banyak di Indonesia.
“Kalau kita salah menyiapkan anak didik kita, pasti mereka akan kalah bersaing dengan SDM asing. Saya ingin anak Indonesia khususnya Surabaya bisa menjadi pemimpin di kotanya atau dunia. Saya tidak mau anak Surabaya menjadi pekerja sedangkan pemiliknya orang asing. Jangan sampai itu terjadi,” ujarnya dihadapan kepala sekolah SMP pagi tadi.
Risma juga berpesan kepada seluruh kepala sekolah untuk mengajak guru dan siswa tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Sejak sekarang anak-anak harus diajarkan bekerja keras mencapai mimpinya. Berikan mereka gambaran kalau tahun-tahun mendatang mereka akan bersaing dengan Negara lain.
“Jika anak-anak kita diajarkan bekerja keras dan ulet, maka mereka tidak akan mudah menyerah. Mari kita arahkan anak kita dan tunjukkan jalan benar. Memang tidak ada yang mudah dalam mendidik siswa. Setiap anak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing,” pesannya.
Menjelang UN, kata Risma jangan terlalu memberikan beban kepada siswa. Supaya ketika pelaksanaan UN mereka bisa konsentrasi dalam mengerjakan soal UN. Jika ada yang putus asa, kita harus mampu membangkitkan kembali semangatnya.
“Kalau visi dan misi kita semua yang ada disini sama yakni menciptakan anak –anak Surabaya yang berkualitas secara intelektual dan mental. Saya yakin anak Surabaya bisa menguasai dunia. Mendekati UN saya minta kepala sekolah dan guru untuk mengawasi psikologi siswa, supaya mereka siap menghadapi UN,” harapnya. (Humas Dispendik Surabaya)