Ketika mendengar kata Entrepreneur, umumnya orang akan berpikir tentang pengusaha, bisnis, uang, dan sebagainya. Tetapi apa sih arti Entrepreneur yang sesungguhnya? Kenapa sekarang kata-kata ini menjadi booming pada segala bidang, seperti Technopreneur, Blogspreneur, Creativepreneur, dan Ecopreneur dal lain-lain.
Jumat pagi (24/1), Dra. Elly Dwi Pudjiastuti, M.Pd., Kepala Sekolah SMPN 23, disela-sela meresmikan penggunaan Gedung Bank Sampah Kenanga, yang berlokasi di belakang gedung baru sisi barat, mengatakan bahwa pada dasarnya Entrepreneurship tidak selalu berhubungan dengan uang. Entrepreneurship adalah sebuah mindset atau pola pikir yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, khususnya bagi kalian para siswa. Seseorang yang memiliki jiwa Entrepreneurship inilah yang disebut sebagai Entrepreneur.
“Seorang entrepreneur memiliki pola pikir yang diluar kebiasaan orang pada umumnya. Biasanya mereka akan lebih sering menggunakan otak kanan untuk menghasilkan kreativitas-kreativitas baru, selalu memacu semangatnya setiap hari, memotivasi diri, dan tersenyum dalam segala situasi. Entrepreneur akan melihat masalah sebagai suatu tantangan. Tidak ada kata gagal baginya, yang ada hanyalah Sukses atau Belajar. Sehingga, Entrepreneur tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak produktif.”, tambah Elly di hadapan para kader lingkungan dan Ecopreneur SMPN 23
Menurut Khusnul Prasetyo, kader Ecopreneur Kelas IX-C, Bank Sampah Kenanga dengan motto Bersama Kita Bisa secara resmi didirikan pada tanggal 2 April 2013. Motto tersebut mengandung maksud bahwa adanya hubungan seirama antara pihak bank sampah sebagai wadah tempat mengembangkan jiwa entrepreneur dengan para siswa sebagai nasabahnya. Kedua pihak sama-sama bisa mendapatkan keuntungan, siswa bisa belajar memanfaatkan barang-barang tidak terpakai bisa menjadi bernilai ekonomis, seperti botol bekas, kardus, koran, kertas dan lain-lainnya. Sedangkan para kader sejak dini bisa mulai belajar mengelola bisnis kecil-kecilan, tambah Khusnul.
Setiap siswa sebagai nasabah memiliki buku rekening, seperti yang ditunjukkan oleh Regina dan Regita, Si Kembar dari kader lingkungan Kelas VII. Setiap hari Jumat para siswa bergiliran bersama teman sekelasnya untuk antri menimbangkan barang-barang bekas yang mereka kumpulkan dalam satu minggu. Usai menimbang petugas lantas mencatat berapa bobot barang dan membukukan berapa jumlah uang yang diperoleh setiap siswa. “Saya lebih rajin mengumpulkan botol-botol bekas. Dulu setiap membeli minuman dengan kemasan botol, botolnya selalu dibuang setelah tak berisi. Sekarang sayang deh, dikumpulkan, setorkan ke bank sampah dan jadi uang.”, ujar Regina sambil memunguti sisa-sisa sampah yang berserakan di sekitar gedung Bank Sampah Kenanga. (Humas Dispendik Surabaya)