Kemajuan teknologi yang sangat pesat ditambah terpaan arus modernitas tampaknya sedikit mengikis kepedulian generasi muda akan sejarah. Tak ingin tinggal diam, Pemkot Surabaya menggelar sekolah kebangsaan guna memperkokoh jiwa nasionalis.
Sudah sejak tiga tahun belakangan, pemkot secara rutin mengadakan sekolah kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Konsep kegiatan tersebut bisa dibilang unik. Dikemas layaknya aktifitas belajar-mengajar di sekolah pada umumnya, namun yang menjadi “gurunya” adalah Wali Kota Surabaya beserta para veteran. Lokasi yang dipilih pun merupakan tempat-tempat dengan nilai sejarah.
Sebagai pembukaan tahun ini, sekolah kebangsaan dengan tema “Pahlawanku Idolaku” dihelat di sekolah St. Louis, Jl. Polisi Istimewa pada Kamis (7/11). Para siswa yang hadir mengenakan pakaian serta atribut bernuansa perjuangan. Pada kesempatan itu, Wali Kota Tri Rismaharini menceritakan asal-usul bangunan yang kini berfungsi sebagai sekolah St. Louis.
Dikatakan Risma -sapaan wali kota-, sebelum difungsikan untuk sekolah, gedung St. Louis dulunya merupakan markas polisi istimewa. Dia melanjutkan, pada 20 Agustus 1945 pernah terjadi peristiwa heroik, yakni penurunan bendera Jepang. “Pada masa tersebut, menurunkan bendera musuh itu bukan perkara main-main. Sangat tidak mudah dan itu taruhannya nyawa,” katanya.
Untuk itu, Risma menekankan pada para pelajar agar tidak pernah melupakan jasa para pahlawan. Atas perjuangan dan keberanian para pembela tanah air lah saat ini rakyat Indonesia bisa menikmati kemerdekaan. Tapi tidak berhenti sampai di situ. Generasi muda sekarang juga mengemban tugas melawan penjajah. Yang dimaksud Risma adalah penjajah era modern yakni kemiskinan dan kebodohan.
Oleh karenanya, wali kota perempuan pertama di Surabaya menyatakan akan sangat penting bagi kaum muda meningkatkan daya saing. Dengan demikian, Indonesia bisa dikenal di mata dunia. Terlebih, bangsa ini bisa memegang peranan penting tanpa harus bergantung dari pihak lain.
“Generasi muda berkewajiban mengisi kemerdekaan. Perjuangan sekarang ini harus diisi dengan torehan prestasi. Kelak saya ingin dengar ada anak Surabaya yang sukses,” pesannya dihadapan para siswa.
Kegiatan sekolah kebangsaan ini disambut baik kalangan veteran. Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya, Hartoyik mengatakan kegiatan semacam ini sangat penting bagi anak-anak supaya mengenal sejarahnya dengan baik. Sebab, jika tidak, mereka akan lupa bagaimana negara ini bisa merdeka. “Pemuda zaman sekarang harus tahu besarnya pengorbanan untuk meraih kemerdekaan. Mereka harus tahu kemerdekaan itu harus dibayar dengan harga yang mahal. Sampai tetes keringat dan titik darah penghabisan,” terang pria 84 tahun tersebut.
Selain sekolah kebangsaan, pemkot juga punya program spesial bagi pelajar terkait Hari Pahlawan. Yakni, Surabaya Heroic Track (SHT). Disbudpar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) mengajak para siswa berkeliling tempat-tempat bersejarah. Lebih detail, Wiwiek menjelaskan, Dispendik menentukan jadwal pelajar maupun sekolah mana yang mengikuti program ini secara bergiliran. Rombongan berangkat menggunakan bus dari taman surya menuju sejumlah lokasi yang punya nilai historis. Diantaranya, tugu pahlawan, hotel majapahit, rumah WR. Soepratman, rumah HOS. Tjokroaminoto, dsb. (Humas Dispendik Surabaya)