Kepemimpinan dan kepeloporan tidak muncul dengan sendirinya, tetapi melalui suatu proses penemuan bakat, penyiapan, pelatihan, bimbingan dan fasilitasi/pemberian kesempatan serta pengkaderan yang dilaksanakan secara berkelanjutan. Pelajaran sejak dini secara sadar dan terencana serta berkelanjutan. Indonesia dikaruniai jumlah anak yang berstatus pelajar yang sangat besar, sekitar 87,3 juta, di Surabaya sendiri sekitar 564 ribu dan itu merupakan sumber potensi kepemimpinan dan kepeloporan terhadap kemajuan bangsa dan negara serta peradaban masyarakat dunia di masa yang akan datang.
Potensi tersebut bisa menjadi sia-sia bahkan menjadi bencana apabila jumlah tersebut tidak dikelolah, difasilitasi, dibina dan diarahkan dengan baik dan benar. Pada setiap diri pelajar tersebut terdapat hak-hak yang harus dipenuhi, mereka memiliki bakat, minat dan kemampuan yang harus difasilitasi, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terlindungi dari berbagai tindak kekerasan, diskriminasi, pelecehan dan tindakan salah lainnya, sehingga kelak dewasa mereka akan menjadi sumber daya manusia yang unggul dan tangguh.
Guna mewujudkan pelajar pelopor Surabaya yang memiliki jiwa kepemimpinan, kepeloporan, nilai-nilai luhur, pengenalan tentang sejarah perjuangan dan kepahlawanan bangsa, berdisiplin, bersikap tanggung jawab, berjiwa ksatria, serta memiliki rasa nasionalisme, melatih kejujuran, berperilaku sopan dan santun.
Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya, mengadakan kegiatan focus group discussion (FGD) yang diikuti oleh para peserta Seleksi Pelajar Pelopor Surabaya (PPS) 2013. Pada kegiatan ini, para peserta diajak berdiskusi membahas berbagai macam isu-isu yang tengah berkembang di kota Surabaya, seperti, trafficking, penyalahgunaan narkotika, hingga menyikapi penutupan beberapa lokalisasi yang berdampak pada pergaulan bebas dan menularnya berbagai macam penyakit yang mematikan, yakni HIV/AIDS.
Koordinator pelaksana kegiatan seleksi PPS 2013 Thussy Apriliyandari mengungkapkan bahwa FGD ini nantinya bertujuan sebagai salah satu indikator peniliaian PPS 2013 dengan melihat pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam menyikapi perkembangan isu-isu yang tengah berkembang di Surabaya. Setelah melewati sesi FGD, para pelajar peserta Seleksi Pelajar Pelopor Surabaya (PPS) 2013 akan melanjutkan ketahap selanjutnya, yakni wawancara bersama para juri.
Dalam FGD ini, Dicky Anggara, siswa asal SMK PGRI 1 mengungkapkan tentang kebijakan pemerintah kota Surabaya yang telah menutup beberapa lokalisasi di Surabaya dirasa sudah tepat, karena dapat mencegah pergaulan bebas dan mengurangi penyebaran HIV/AIDS. Ia juga menyarakan bahwa perlu diadakan sosialisasi dan pemberian keterampilan kepada para masyarakat yang menghuni eks lokalisasi agar pengangguran tidak bertambah banyak.
FGD Seleksi Pelajar Pelopor Surabaya (PPS) 2013 diikuti oleh 27 pelajar yang mewakili setiap wilayah dan melibatkan para juri yang terdiri dari para akademisi, LSM, media, motivator, dan para psikolog. (Humas Dispendik Surabaya)