Jelang dimulainya Pembelajaran Tatap Muka (PTM), Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengukuhkan 457 Tim Siswa Satgas Sekolah. Mereka merupakan peserta didik dari berbagai SD dan SMP negeri swasta se-Kota Surabaya dengan jumlah siswa yang tergabung di dalamnya mencapai 5.425 anak.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi dalam sambutannya mengatakan, bahwa tidak semua pelajar bisa terpilih menjadi anggota Satgas Covid-19 di masing-masing sekolah. Tentu mereka yang terpilih adalah pelajar yang memiliki kepercayaan sebagai seorang pemimpin.
“Jiwa seorang pemimpin adalah jiwa yang penuh tolong menolong, ingin melindungi dan membantu saudara-saudara kita yang lainnya. Ketika anak-anakku dan seluruh guru kita menjadi satgas tangguh, itulah anak-anakku yang memiliki jiwa seorang pemimpin hebat,” kata Wali Kota Eri di halaman Balai Kota Surabaya, Jum’at (3/9/2021).
Karena itu, Wali Kota Eri juga berpesan kepada para siswa ini agar terus menjaga jiwa seorang pemimpin tersebut. Ia berharap, jiwa seorang pemimpin yang telah tertanam di sekolah ini terus dijaga sampai nanti menjadi pemimpin yang besar. “Anak-anakku harus bisa menjaga, yang namanya pemimpin itu harus tetap dijaga ketika sampai nanti menjadi seorang pemimpin besar dikemudian hari,” pesannya.
Wali Kota Eri menilai, bahwa rencana dimulainya PTM di Surabaya ini juga menunjukkan kehebatan seluruh pihak. Terutama mereka yang telah berkecimpung di masing-masing sekolah. Baik itu kepala sekolah, guru, maupun Tim Satgas Siswa.
“Ini juga menunjukkan bahwa di semua lapisan, baik mulai tingkat bawah di masyarakat semuanya bergotong-royong, bahu membahu dan penuh keikhlasan untuk menjaga Surabaya dari Covid19, terutama di sekolah,” jelasnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Surabaya meyakini, dengan adanya semangat dari Tim Siswa Satgas Sekolah, maka orang tua yang masih merasa sekolahnya belum aman akan mengizinkan anak-anaknya mengikuti PTM. Karena itu, Satgas Siswa harus dapat memberikan contoh gotong-royong kepada para orang tua dalam menjaga lingkungan sekolah.
“Matur nuwun (terima kasih) anak-anakku. Terus jagalah jiwa pemimpin dihatinya anak-anakku semuanya, terus jaga jiwa gotong royong. Insya allah saya yakin anak-anakku Satgas Siswa Sekolah Tangguh, dikemudian hari akan menjadi pemimpin-pemimpin yang hebat,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Supomo dalam laporannya menyampaikan, bahwa Tim Siswa Satgas Covid-19 ini dibentuk dalam rangka persiapan pelaksanaan PTM yang rencananya akan dimulai pada Senin, 6 September 2021.
“Tim Satgas siswa ini merupakan siswa-siswa kader UKS pilihan yang telah mendapatkan pelatihan dari para pakar agar mereka memiliki pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya menjaga protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19,” kata Supomo.
Sampai dengan saat ini, telah terbentuk 457 Tim Siswa Satgas Covid dari berbagai SD dan SMP negeri swasta se-Kota Surabaya dengan jumlah siswa yang tergabung di dalamnya mencapai 5.425 anak.
Nantinya, Supomo menyebut, mereka akan bertugas untuk berperan aktif membantu guru Satgas Covid-19 Sekolah melakukan pengawasan dan menjaga kedisiplinan teman-temannya dalam menerapkan protokol kesehatan di sekolah. “Selain itu, tim ini nanti diharapkan mampu menjadi penggerak dan panutan dalam melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi teman-temannya,” ujarnya.
Mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya ini berharap, dengan adanya Tim Siswa Satgas Covid-19 di sekolah ini dapat menjadi kekuatan bagi seluruh warga Surabaya dalam gotong royong menjadikan Surabaya ini sebagai kota yang tangguh dan sentosa. “Dan yang paling utama adalah segera terbebas dari Pandemi Covid-19,” tegasnya.
Wiwin Puspitasari (40) adalah satu di antara orang tua siswa yang putrinya menjadi Satgas Covid-19 di sekolah. Ia pun bersyukur PTM di Surabaya segera bisa dibuka. Sebab, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama ini dinilainya kurang efektif.
“Kalau di rumah belajarnya kurang efektif. Benar kayak gurunya sudah melalui zoom, pesan suara, video, itu sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi terkadang penangkapan ke anak-anak kan beda-beda,” kata Wiwin.
Oleh sebab itu, ibunda dari Mutiara Aqila Anjani, pelajar SDN Sambikerep II Surabaya ini mengizinkan putrinya mengikuti PTM di sekolah. Bagi dia, meski PTM berjalan dua atau tiga kali dalam seminggu, paling tidak ada tatap muka bersama dengan gurunya.
“Meski begitu tiap hari prokesnya juga harus ketat. Suami juga sudah mengizinkan, dan dari anaknya sendiri juga ingin masuk sekolah,” pungkasnya. (Humas Dispendik Surabaya)