Proses pemantapan sekolah rujukan kepada sekolah imbas dilakukan di SMPN 3 Surabaya, Jumat (07/12/2018). Pengimbasan dari SMPN 3 Surabaya kepada SMPN 2, SMPN 5, SMPN 15, SMPN 35, dan SMP Hang Tuah 1 Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya Ikhsan mengatakan, sekolah rujukan adalah program dari pemerintah pusat. Meski demikian, sekolah-sekolah di Surabaya diminta untuk mengecek terlebih dahulu dengan program yang sudah berjalan di Kota Surabaya. “Sudah saya cek parameternya, hampir sama dengan sekolah kawasan yang dikembangkan di Surabaya beberapa tahun lalu,” katanya.
Dia menjelaskan awal mula adanya sekolah kawasan. Berawal dari dikabulkannya gugatan masyarakat oleh Mahkamah Konstitusi terhadap Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) pada tahun 2013 lalu. Salah satu alasannya karena berbiaya mahal dan eksklusivitas-nya. Padahal, RSBI di Surabaya saat itu tidak demikian.
“Setelah itu Surabaya mencangkan sekolah kawasan di lima wilayah. Tiap wilayah ada dua dan tiga sekolah kawasan. Sekolah kawasan ini menjadi pilot untuk mengimbas kepada sekolah lain,” tuturnya.
Pengimbasan sekolah kawasan ini, lanjut Ikhsan, diharapkan sekolah lain memiliki standar dan kualitas yang sama. Sehingga, terjadi pemerataan kualitas pendidikan di semua sekolah, baik negeri dan swasta. “Diakui atau tidak, sekolah kawasan ini sekarang yang dikembangkan Kemendikbud menjadi sekolah rujukan. Dan ini menjadi sumbangan kita untuk pendidikan nasional,” jelasnya.
Ikhsan mengaku senang dengan adanya pengimbasan sekolah rujukan. Dengan begitu, program-program pendidikan di Kota Pahlawan sudah sinergi dengan program pusat. “Program kita sudah bagus-bagus. Bapak-ibu tinggal melakukan apa yang dicatat dan mencatat apa yang dilakukan,” tegasnya.
Kepala SMPN 3 Surabaya Budi Hartono menyatakan, kecepatan menjadi sekolah rujukan dari sekolah imbas adalah mengembangkan nilai plus. Pengembangan plus dari 8 standar nasional pendidikan. Contohnya yang dilakukan SMPN 3 adalah pengembangan plus untuk standar isi. “Kami menerapkan pembelajaran MIPA dengan 2 bahasa,” katanya.
Contoh plus lain mengenai program standar pendidik dan tenaga kependidikan. Budi mengatakan, pendidik dan tenaga kependidikan di SMPN 3 dilatih khusus bidang multiple intelegences dan neuro science. Ini adalah mengembangkan otak kanan dan kiri. “Silakan semua kembangkan di sekolah masing-masing sesuai dengan keunggulannya,” tandasnya. (Humas Dispendik Surabaya)