Selama dua tahun berturut-turut, Kota Surabaya meraih penghargaan Anugerah Kita Harus Belajar (Kihajar) kategori utama dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Anugerah ini diberikan kepada daerah yang peduli dengan dunia pendidikan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Dengan latar belakang tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) belajar ke Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya terkait kebijakan hingga implementasi pemanfaatan TIK di dunia pendidikan.
Rombongan Dikbud Kota Bukittinggi berjumlah lima orang dan dipimpin langsung oleh Sekretaris Dikbud Kota Bukittinggi Asmara. Mereka diterima langsung oleh Sekretaris Dispendik Surabaya Aston Tambunan dan Kasubag Penyusunan Program dan Pelaporan Tri Aji Nugroho.
Asmara mengatakan, Kota Bukittinggi merupakan kota kecil. Luasnya sekitar 25 kilometer persegi. Pihaknya hanya mengelola PAUD sebanyak 103 lembaga, 65 SD, dan 11 SMP. “Tahun ini kami meraih Anugerah Kihajar kategori khusus. Jadi ini kami terus bergerak agar lebih baik lagi,” kata Asmara. Salah satu caranya, lanjut dia, adalah belajar ke Kota Surabaya. Meskipun nanti tidak bisa meniru seluruhnya, pihaknya akan mengikuti pelan-pelan.
Asmara menginginkan Dispendik Surabaya menjadi mentor dalam pengembangan TIK. Utamanya dalam langkah-langkah pengembangan TIK untuk pembelajaran maupun proses antarsekolah hingga dinas. “Kami ingin tahu langkah-langkahnya sehingga bisa kami terapkan di Bukittinggi,” tandasnya.
Aston Tambunan menjelaskan, saat ini pemanfaatan TIK di Dispendik Surabaya telah menghasilkan 32 aplikasi. Aplikasi ini menyasar empat hal. Pertama untuk peningkatan kompetensi guru, kedua peningkatan kompetensi siswa, ketiga peningkatan kualitas sekolah atau lembaga pendidikan, dan terakhir ketersediaan layanan pendidikan bermutu. “Kami prosesnya selama 6 tahun,” ujar Aston.
Aston mengungkapkan, langkah awal yang dibuat untuk membuat aplikasi tersebut ialah dengan membangun profil atau database. Di dalamnya memuat data guru, siswa, sekolah, sarana dan prasarana, dan lain-lain. “Silakan menginginkan belajar yang mana,” katanya. (Humas Dispendik Surabaya)