Dua kepala sekolah dan satu guru di Kota Surabaya mengikuti ajang seleksi kepala sekolah dan guru berprestasi tingkat nasional. Mereka terpilih ke tingkat nasional setelah mampu meraih juara pertama pada seleksi tingkat Provinsi Jawa Timur (Jatim). Rencananya, seleksi tingkat nasional tersebut dilaksanakan mulai Sabtu (10/08/2018).
Kepala sekolah yang berangkat ke tingkat nasional adalah Kepala SMPN 41 Surabaya Hanifa dan Kepala SD Muhammadiyah 15 Surabaya Muhammad Natsir. Sementara guru berprestasi diwakili Riyati dari TK Negeri Pembina Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Ikhsan berpesan kepada dua kepala sekolah dan satu guru tersebut untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya. Apalagi, seleksi kepala sekolah dan guru berprestasi tingkat nasional itu akan diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia.
“Peserta lain pasti mempersiapkan dengan baik. Yang dari Surabaya juga harus menyiapkan diri. Manfatkan waktu sebaik-baiknya,” pesan Ikhsan. Kesempatan mengikuti seleksi tingkat nasional, lanjut Ikhsan, tidak datang dua kali. Untuk itu perwakilan dari Kota Surabaya harus tampil sebaik mungkin dan mengerahkan semua kemampuan. “Bawa nama baik Kota Surabaya khususnya dan Jatim,” ujarnya.
Kepala SMPN 41 Surabaya Hanifa mengaku sudah tiga kali mengikuti seleksi kepala sekolah berprestasi. “Tahun 2016 dan 2017 baru sampai tingkat kota. Kemudian tahun 2018 ini peringkat pertama kota dan provinsi. Selanjutnya ke seleksi tingkat nasional,” katanya.
Hanifa mengungkapkan, beberapa komponen penilaian kepala sekolah berprestasi ialah portofolio, best practice (praktik terbaik), keteladanan, kemudian kompetensi kepala sekolah. Portofolio berupa rekam jejak kepala sekolah dan prestasi yang pernah diraih. Best practice merupakan pengalaman terbaik yang dibawa kepala sekolah.
“Untuk best practice saya mengangkat tentang Peneliti Moeda 41. Itu salah satu program sekolah bagaimana upaya untuk meraih prestasi di SMPN 41,” terang kepala sekolah yang berada di Jl. Gembong Sekolahan No. 5 Surabaya ini. Konsep Peneliti Moeda 41 ini, lanjut Hanifa, berupa komunitas belajar anak berbasis penelitian. Program ini bertujuan menumbuhkan karakter siswa, sikap inovatif, aktif, kreatif, serta percaya diri.
Menurut Hanifa, latar belakang lahirnya Peneliti Moeda 41 karena saat dirinya menjadi kepala sekolah di sana, tidak banyak anak-anak yang berprestasi. Terutama dalam kompetisi atau lomba yang diikuti. “Tiap ada kompetisi atau lomba siswa menghindar dan kurang percaya diri. Akhirnya kami coba beberapa program, yang berhasil dan menarik minat siswa ternyata Peneliti Moeda 41 ini,” katanya.
Program tersebut, kata Hanifa, sudah berjalan tiga tahun. Tiap tahun siswa yang berminat terus bertambah. “Anak-anak suka karena bisa eksplorasi rasa ingin tahu. Ide-ide yang keluar dari anak-anak juga banyak. Jadi, sebenarnya mereka mampu kalau mau mencoba,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala SD Muhammadiyah 15 Surabaya Muhammad Natsir menyiapkan materi tentang Tringgo Award untuk best practice. Ini salah satu upaya meningkatkan branding sekolah dan pembentukan karakter. “Ada tiga strategi yang disiapkan, yaitu penanaman identitas diri, marketing kebaikan, kompetisi dan reward,” ujarnya. Natsir mengaku sudah dua kali mengikuti seleksi kepala sekolah berprestasi. “Ini tahun kedua. Tahun kemarin juara dua tingkat kota. Tahun ini juara pertama tingkat kota dan provinsi. Otomatis target tingkat nasional bisa jadi juara pertama,” katanya optimistis.
Di sisi lain, guru TK Negeri Pembina Surabaya Riyati memiliki konsep pembelajaran sains untuk anak usia dini. Materi best practice ini untuk menerapkan metode eksperimen dengan teknik mencelup kain ke dalam larutan tepung tapioka. “Anak-anak malakukan sendiri langkah-langkahnya sesuai penjelasan guru,” katanya.
Dengan begitu, lanjut Riyati, anak-anak memperoleh pengalaman nyata mulai dari bahan, alat dan prosedurnya sampai hasil yang diperoleh. “Anak-anak tidak menerima teori melalui verbal saja,” tuturnya. Riyati mengaku sudah berupaya maksimal dan berdoa. Harapan terbesar di tingkat nasional adalah meraih juara pertama. (Humas Dispendik Surabaya)