Meski terletak di wilayah Surabaya Barat, berbagai prestasi telah banyak ditorehkan oleh SMPN 26 Surabaya, baik dari sisi akademis maupun non akademis. Kali ini, sekolah yang terkenal lewat kantin apung tersebut menjadi salah satu sekolah rujukan di Surabaya yang ditunjuk langsung oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
“Sekolah kami tidak langsung serta merta menjadi sekolah rujukan namun melewati serangkaian proses yang diawali dengan sekolah model terlebih dahulu,” ujar Kepala SMPN 26 Surabaya Akhmat Suharto, Rabu (01/02/2018).
Dia mengungkapkan, selama dua hari SMPN 26 mengikuti bimbingan teknis (Bimtek ) pembinaan SMP rujukan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama di Hotel Singgasana Surabaya sejak Senin (30/07/2018) sampai Rabu (01/08/2018).
“Untuk wilayah Surabaya, Bimtek dilakukan kepada 100 SMP dari 5 provinsi se-Indonesia. Rinciannya, 43 SMP dari Provinsi Jawa Tengah, 8 SMP dari Daerah Istimewa Yogyakarta, 35 SMP dari Provinsi Jawa Timur, 8 SMP dari Provinsi Bali, dan 6 SMP dari Provinsi Nusa Tenggara Barat,” terang mantan Kepala SMPN 11 Surabaya tersebut.
Akhmat Suharto menerangkan, pemilihan sekolah rujukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh sekolah. “Keunggulan SMPN 26 itu literasi, manajerial, lingkungan, dan lain-lain,” katanya.
Setelah menjalani Bimtek pembinaan SMP rujukan, lanjut Suharto, dirinya akan menyosialisasikan kepada stake holder di sekolah. Langkah berikutnya, sekolah rujukan melakukan pengimbasan kepada sekolah lain.
“Sekolah rujukan bisa menjadi acuan bagi sekolah lain. Manajerial 8 standar nasional pendidikan dan keunggulan-keunggulan akan kami sebar ke sekolah lain,” tutur Suharto.
Sementara itu, Kadispendik Surabaya Ikhsan berujar sejatinya seluruh SMP di Surabaya telah dapat dikatakan sebagi sekolah rujukan. Hal tersebut tercermin dari penggunaan kurikulum 2013 dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang secara merata dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah dalam proses pembelajaran.
“Para siswa telah akrab dengan try out online dalam mengerjakan latihan soal, sedangkan bagi guru mereka sudah menggunakan model pembelajaran daring di kelas-kelas,” terang mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya.
Ikhsan menambahkan, terkait implementasi kurikulum 2013 sejak awal diterapkannya kurikulum tersebut pihaknya telah melatih para guru secara serentak di lima wilayah melalui pola IN-ON, dengan demikian mereka dapat memahami serta mengimplementasikan dengan baik di lapangan.
“Dispendik juga telah mempersiapkan rapor online yang dapat disesuaikan dengan perkembangan kurikulum yang ada,” pungkas Ikhsan. (Humas Dispendik Surabaya)