Untuk pertama kalinya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya memberikan beasiswa bagi penghafal Alquran (Hafiz). Beasiswa diberikan kepada warga Surabaya berstatus pelajar atau mahasiswa di pendidikan formal maupun nonformal mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, serta yang berstatus mahasiswa D3/D4/S1/S2.
Setelah pendaftaran ditutup pada 6 Juli lalu, total pendaftar mencapai 49. Dengan rincian pendaftar jenjang SD sebanyak 16 siswa, jenjang SMP 8 siswa, jenjang SMA 11, dan mahasiswa sebanyak 14 orang. Tahap selanjutnya mereka menjalani seleksi di Kantor Dispendik Surabaya, Senin (23/07/2018).
Kepala Dispendik Surabaya Ikhsan mengatakan, ini baru tahun pertama mengadakan beasiswa Hafiz. Meskipun demikian, jumlah pendaftar cukup banyak. “Saya senang banyak yang daftar. Mudah-mudahan semuanya bisa lolos,” katanya saat membuka seleksi beasiswa Hafiz. Siapapun yang diterima nanti, lanjut Ikhsan, akan diberi insentif oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Ikhsan mengungkapkan, untuk menjaga kredibilitas seleksi pihaknya mendatangkan penguji yang sudah tidak diragukan lagi keilmuannya. “Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih awal disiapkan dan kuota yang disediakan lebih banyak,” ujar mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya ini.
Salah satu tim penguji beasiswa Hafiz ialah Shirotol Mustaqim, Kasie Pengembangan Seni Budaya Islam, Musabaqah Al Quran dan Hadist Kanwil Kemenag Jatim. Menurut dia, yang menjadi salah satu syarat beasiswa Hafiz adalah hafal beberapa juz dalam Alquran. Jenjang SD hafal 10 juz, SMP 20 juz, SMA dan mahasiswa hafal 30 juz.
“Di dalam seleksi nanti penguji membaca potongan ayat. Peserta kemudian meneruskan dan menyempurnakan potongan ayat tersebut. Nanti kami lihat hafalannya, tajwid, serta fashahah,” jelasnya.
Yang unik, beberapa peserta seleksi beasiswa Hafiz ini mempunyai hubungan saudara kandung. Contohnya adalah Muhammad Ulul Azmi dan Muhammad Miftachul Huda. Huda merupakan kakak dari Azmi. Keduanya peserta didik Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ibnu Ali, Tropodo, Sidoarjo.
“Huda sudah setara dengan kelas 3 SMA, kalau adiknya baru setara dengan kelas 1 SMA,” kata Masaudah, ibu kandung Huda dan Azmi yang ikut menemani. Meskipun menjalani pendidikan di PKBM yang ada di Sidoarjo, Masaudah mengaku sebagai warga Surabaya. “Rumah saya di Jagir sini saja,” tuturnya.
Masaudah yakin kedua anaknya lolos seleksi beasiswa Hafiz. Sebab, keduanya sudah hafal dan beberapa kali khatam membaca Alquran. “Mereka sudah sering ikut musabaqoh dan sudah wisuda Hafiz di pondok pesantren,” tandasnya. (Humas Dispendik Surabaya)