Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-110 dimanfaatkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk membangkitkan kembali sendi-sendi kehidupan warga Surabaya yang dikejutkan oleh serangan bom di tiga rumah ibadah dan kantor kepolisian Polrestabes Surabaya beberapa waktu lalu.
Serangan bom yang mengguncang Surabaya itu tidak membuat penduduk Kota Pahlawan larut dalam duka dan amarah. Justru, bencana kemanusiaan ini menjadi sesuatu hal yang semakin menguatkan rasa persatuan dan kesatuan antar sesama dan umat beragama.
“Tidak boleh menyerah. Usaha dan niat baik yang sudah lama kita pupuk jangan sampai dirusak oleh orang-orang yang ingin memecah belah kerukunan sesama manusia. Kita harus bekerjasama dan berinteraksi antar masyarakat,” ujar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat memimpin upacara Harkitnas di Halaman Taman Surya pada Senin, (21/05/2018).
Agar rasa persatuan dan kesatuan antar sesama dan tidak mudah dipecah belah, Wali Kota Risma memberikan contoh seperti halnya sapu lidi. “Jika lidi-lidi tersebut tercerai berai maka sulit untuk mewujudkan persatuan, tetapi jika lidi ini dirangkai maka akan menjadi satu kesatuan yang utuh dan sulit untuk dipecah belah,” ungkapnya.
Dalam upacara Harkitnas bertema “Pembangun Sumber Daya Manusia untuk memperkuat pondasi bangsa di era digital”, Wali Kota Perempuan pertama di Surabaya juga mengingatkan betapa pentingnya semua warga khususnya generasi muda agar cerdas saat mengakses media sosial utamanya hasutan yang membuat orang atau kelompok bertikai.
“Momentum saat ini tidak boleh bertikai tapi harus bersatu. Media sosial menjadi wadah kreatif bagi generasi muda bukan sebagai akses yang memecah kedaulatan bangsa,” ucap Wali Kota Risma saat membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.
Bahkan, Wali Kota Risma turut menghimbau pelajar SMP untuk dapat menyadarkan dan menasehati teman-temannya yang sudah terjerumus dengan hal-hal negatif saat mengakses media sosial. “Pegang erat tali persahabatan kalian. Ingat, sejarah kita bukan sekedar pemberian tetapi dengan perjuangan. Harus bisa pertahankan itu semua,” pungkasnya.
Untuk penanggulangan selanjutnya pasca bom, Wali Kota Risma terus melakukan koordinasi dengan jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) dan melakukan action langsung di lapangan seperti menerjunkan tim psikolog yang saat ini sedang memantau anak-anak sekolah SD/SMP yang baru pertama masuk sekolah khususnya mengecek kondisi anak-anak yang mengalami trauma dan terdampak pasca bom.
“Nanti sore ada evaluasi lalu kita bentuk tim dengan menggandeng seluruh lapisan masyarakat karena ini ancaman bersama bukan tanggung jawab kepolisian saja tapi semua masyarakat,” tuturnya.
Sebagai wujud penghormatan, Wali Kota Risma, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan, Danrem beserta jajaran memberikan sekaligus menyerahkan bantuan sosial dan piagam kepada para korban meninggal maupun yang saat ini masih dalam proses perawatan di rumah sakit, anggota kepolsian Polrestabes, pihak rumah sakit, universitas dan tim psikolog atas keberanian, pengorbanan dan dedikasi dalam mengamankan tempat ibadah serta menjaga ketertiban Kota Surabaya.
“Jadi, 41 penghargaan ini kami berikan kepada mereka yang nyata-nyata berjuang sehingga terjadi pencegahan,” kata Wali Kota sarat akan prestasi tersebut.
Monic Dewi Andini, istri dari Almarhum Aloysius Bayu Rendra yang menerima penghargaan menyampaikan, tragedi ini menjadi spirit baru bagi dirinya dan keluarga yang ditinggalkan dan terus berjuang untuk meneruskan apa yang sudah dilakukan oleh dirinya (Alm. Bayu). “Bersatu kembali dan tidak perlu lama bersedih. Mari bersama-sama bangkit untuk memajukan Kota Surabaya dan Indonesia,” tandasnya.
Ditanya apakah dirinya sudah memaafkan pelaku bom bunuh diri, Monic secara tegas mengatakan, sejak awal keluarga sudah memaafkan pelaku teroris dan tidak ada terbesit sedikitpun untuk marah ataupun dendam. “Kami sudah bisa menerima keadaan tersebut dan berdoa kepada pelaku dan seluruh korban supaya mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan,” pesannya. (Humas Dispendik Surabaya)