Pelatihan Pahlawan Ekonomi Surabaya di Kaza City Mall, Minggu (20/05/2018), kedatangan dua tamu istimewa, Bayu Skak dan Dennis Adhiswara. Kedua cowok yang dikenal sebagai aktor film dan YouTuber itu, berbagi tips dan trik jualan di media sosial (medsos) kepada sekitar 500 pelaku usaha kecil menengah (UKM) Surabaya.
Bayu Skak mengaku sengaja datang ke Surabaya karena penasaran. Pasalnya, ia mendapat kabar kalau situasi Surabaya sangat kondusif pascateror bom, pekan lalu. Dan hal itu ia buktikan setelah sebelumnya ia keliling kota, melihat dari dekat denyut kehidupan Kota Pahlawan, termasuk saat bertemu pelaku usaha di Surabaya.
Bayu pun mengaku surprise. Sebab, kegiatan dan program pemberdayaan ekonomi yang dirintis sejak tahun 2010 itu, dipenuhi banyak orang yang mayoritas perempuan. Mereka bersemangat ikut pelatihan digital marketing.
“Saya salut. Saya tadinya gak ada rencana ke sini. Tapi Mas Dennis ngajak ketemu jenengan semua. Saya senang, saya bangga,” tutur pria yang bernama lengkap Bayu Eko Moektito itu.
Bayu lalu menceritakan pengalamannya menjadi YouTuber. Awalnya, dia mengaku berjuang keras untuk mencuri perhatian pemirsa. “Dua tahun dia membuat konten di YouTube, namun belum dapat hasil apa-apa,” kata dia.
Dalam perjalanan, Bayu lantas memutuskan untuk konsisten dengan jati dirinya sebagai orang Jawa. Ngomong bahasa Jawa. Baginya, hal ini harus dipilih karena ia harus fokus dengan segmentasi pasar pemirsanya. Hasilnya pun positif. Konten-konten vide Bayu Skak ditonton jutaan orang. Bayu juga sukses menggaet jutaan subscriber . Buntutnya, beberapa brand terkemuka mengontrak dia sebagai endorser.
“Saya orang Jawa. Bikin film orang Jawa. Lelucon Jawa. Targetnya orang Jawa. Lha, setelah bikin filmnya ada komen bagus dan menunggu video lainnya, di situlah saya lalu hajar maksimal,” tutur Bayu, lalu disambut tawa peserta pelatihan.
Dengan pengalaman itu, lanjut dia, ia mengajak pelaku usaha Surabaya untuk benar-benar memamahi pasar. “Awak dewe iki ate dodolan nang di? Targetnya perempuan atau bayek (bayi) harus jelas. Lebih baik maksimal salah satu saja, daripada serabutan,” tutur Bayu.
Selain itu, sambung Bayu, pelaku usaha harus konsisten menjual dan memasarkan produk. “Jangan sampai kita puas kalau barang kita laku. Yang harus dipikirkan bagaimana usaha lebih gedeh maneh (besar lagi),” tutur Bayu.
Bayu juga memberi tips agar pesan jualan di medsos menggunakan soft selling, bukan hard selling. Sederhananya, bagaimana menggunakan teknik marketing secara halus, tidak sekoyong-koyong menjual produk.
Sementara itu, Dennis Adhiswara mengatakan, penjualan lewat dunia maya merupakan keniscayaan. Hampir semua aktivitas kita sangat bergantung dengan adanya internet. Kuliner, transportasi, belanja, semua bisa dilakukan diinternet. Pendeknya, banyak kemudahan yang bisa diraup dari dunia digital.
“Dengan bermodalkan smartphone, semua orang dapat memiliki showroom sendiri, koran sendiri, televisi sendiri secara gratis,” tutur pemain film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) ini.
Dennis juga menyorori banyak pelaku usaha tidak sabar dan mudah patah semangat bila jualannya di medsos kurang banyak mendapat respons. Sementara konten, etika, dan timing menyebarkannya mereka abaikan. (Humas Dispendik Surabaya)