Walaupun dalam suasana di tengah-tengah guyuran hujan deras, taksampai menyurutkan niat para siswa Kelas IX SMPN 23 Surabaya beserta orangtuanya untuk mengikuti acara Pencerahan Rohani Jelang USBN dan UN Tahun Pelajaran 2017/2018 di Masjid Al Ikhlas , di kompleks sekolah, Jumat malam (16/03). Hadir sebagai narasumber yaitu Prof. DR. Ir. H. Muhammad Nuh, DEA, serta Ustaz Ferry Yudi Antonis Saputro, S.H.I, M.Pd.I., C. TMI.
Tiga kegiatan dalam rangka pencerahan rohani, yaitu Seputar Persiapan Ujian dan Pentingnya Birrul Walidain , ESQ (Emotional & Spiritual Quotient), Tahajud dan Istighosah dilanjutkan Salat Subuh Berjamaah. Kegiatan diawali dengan salat Isya’ berjamaah, bertindak sebagai imam salat adalah Ustadz Abdulloh Mas’ud, S.Ag., guru PAI SMPN 23. Usai salat Isya dan doa kegiatan pencerahan rohani disampaikan oleh Prof. DR. Ir. H. Muhammad Nuh, DEA.
Dalam kesempatan itu, Mendikbud RI 2009 -2014 atau yang akrab disapa dengan Nuh, menuturkan bahwa USBN dan UN adalah masa kritis bagi para siswa. Masa kritis artinya, dengan ujian tersebut apakah siswa yang bersangkutan dapat meraih tiket untuk dapat masuk ke jenjang sekolah berikutnya atau tidak. Yang penting lagi, dengan ujian itu apakah siswa tersebut diterima di sekolah yang mereka idamkan atau tidak. Maka untuk menghadapi hal itu, persiapan mental sangat perlu diupayakan, imbuh Nuh.
Nuh mengingatkan kepada siswa bahwa sukses itu tidak tiba-tiba datang, tetapi harus kita songsong dengan semangat belajar keras dan belajar cerdas tanpa mengenal lelah. Berkait dengan persiapan mental, sikap birrul walidain atau berbakti kepada orangtua itu merupakan modal utama, karena ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi sukhtil walidain. Artinya, ridho Allah terletak pada ridho orang tua dan laknat Allah terletak pada laknat orang tua. Berbakti kepada orangtua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila, namun juga memenuhi norma agama dalam rangka menaati perintah Allah SWT.
“Muliakanlah kedua orangtuamu, atau ibu bapakmu, maka insyaallah akan berkah hidupmu,” pungkas Nuh.
Pada sesi ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), Ustaz Ferry memaparkan bahwa menuntut ilmu kadangkala sikap pesimistis selalu menggoda siswa untuk ‘jangan melakukan sesuatu untuk yang lebih baik’. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang percaya diri atau kurang memiliki prinsip dalam hidup, maka motivasi internal dibutuhkan untuk menghindari rasa pesimistis tersebut. Dalam mengkaji masalah diri, para siswa harus mampu mawas diri dan sadar diri untuk berjuang mempersiapkan masa depannya.
Setiap orang senantiasa berlomba-lomba untuk mendapatkan apa yang diinginkan secara instant tanpa menyadari keinginan mereka itu belum tentu dapat memberi kebahagiaan atau kepuasan diri. Secara sadar atau tidak, kecerdasan emosi dan rohani atau Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) yang tidak seimbang menjadi puncak terjadinya masalah dan kegagalan seseorang mencari jawaban tentang apa yang diperlukan dalam hidup. Komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak merupakan modal awal untuk membentuk kecerdasan emosianal dan rohani. Pada akhir sesi ustaz Ferry meminta orangtua dan anak saling memaafkan.
“Mintalah maaf kepada orangtua kalian atas semua kesalahan, mumpung kalian masih ada kesempatan didampingi. Untuk para orangtua, maafkan dengan seikhlas-ikhlasnya putra-putri Anda, agar mereka memperoleh jalan kemudahan dalam meraih citi-citanya,” imbau ustaz Ferry.
Abdulloh Mas’ud menuturkan bahwa salat tahajud, istighosah dan salah Subuh berjamaah merupakan kegiatan puncak. Kegiatan ini merupakan pembelajaran pendekatan diri kepada Allah SWT. Melalui doa-doa yang dikumandangkan tertitip permohonan agar diberikan kemudahan semua urusan. Terutama bagi siswa Kelas IX, diberikan kemudahan menjawab soal USBN dan UN sehingga memperoleh nilai maksimal dan dapat diterima di sekolah yang diidamkannya, tambah Mas’ud.
Sementara itu, Dra. Laili Fadila, M.M., Kepala SMPN 23, menambahkan bahwa kegiatan ini tidak saja memfasilitasi siswa muslim saja, tetapi bagi siswa yang Kristiani, dan Hindu juga difasilitasi dengan mengadakan kegiatan doa bersama yang dipandu oleh pemuka agama mereka. Harapannya, semua siswa tumbuh kembang dengan dinaungi suasana imtaq yang tinggi dalam meraih cita-cita. Kegiatan diakhiri dengan sarapan pagi, baru siswa diizinkan pulang, imbuh Laili. (Humas Dispendik Surabaya)