Perkembangan industri kreatif berbasis media sosial saat ini telah berkembang cukup pesat, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu.
Pagi tadi, Selasa (27/02/2018) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membekali ratusan pelajar perwakilan SMP Negeri se Surabaya tentang menggali bakat dan potensi siswa dalam mengembangkan industry kreatif masa kini.
Acara dibuka langsung oleh Walikota Tri Rismaharini. Dalam kesempatan ini, Walikota yang telah berhasil menyabet banyak penghargaan ini mengulas banyak informasi mengenai Teknologi terkini. Menurut Walikota, teknologi diciptakan untuk bekerja dan menghasilkan sebuah karya, bukan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
“Kalian sebagai “Anak Jaman Now” pasti memiliki Smartphone. Jangan hanya untuk main game saja. Main game kalau sudah berlebihan itu juga tidak baik, kalian harus tau batasannya. Tugas utama pelajar adalah belajar,” tutur Walikota.
Keberhasilan dan kesuksesan ada di tangan para pemuda-pemudi, lanjut Walikota. “Siapapun orang tua kalian, kalian berhak berhasil dan sukses. Keberhasilan dan kesuksesan tidak bisa diraih dengan tiba-tiba. Ibu harus kerja keras untuk membangun kota Surabaya.” pungkas Walikota perempuan pertama Surabaya.
Dennis Adishwara, aktor sekaligus penggagas dan CEO Layaria, sebuah multi channel network berbasis video online berkesempatan menyapa dan memberikan materi mengenai Industri Kreatif terhadap ratusan pelajar Surabaya yang hadir pagi ini.
Dalam kesempatan ini pemain film Ada Apa Dengan Cinta ini membahas materi tentang social media terutama Instagram. Ia menghimbau kepada pelajar Surabaya untuk membanjiri sosial media dengan hal positif, hal ini dapat dimulai dengan membuat konten positif. “Tak kurang dari 45 juta orang Indonesia ternyata menggunakan Instagram secara aktif, dan tercatat sebagai pembuat konten Instagram Story terbanyak dunia,” ujar Dennis.
Dennis juga mengupas tuntas bagaimana cara mengoptimalkan Instagram dan mendongkrak hingga 20.000 pengikut (follower). Di sela acara secara spontan Dennis menginstruksikan kepada pelajar untuk ber swa-foto dan mengunggah ke Instagram masing-masing dengan menggunakan hashtag #lupasikatgigi. Sontak instruksi tersebut menimbulkan gelak tawa ratusan pelajar yang hadir.
“Instagram selalu call to action. Instagram itu tidak hanya bisa sekedar follower. Like, Comment, dan Followernya harus seimbang. Pancing keisengan dengan hal yang lucu. Kemudian menggugah emosi semua follower kalian. Jangan lupa tambahkan pertanyaan untuk memancing komentar,” tutur Dennis.
Seluruh potensi wisata, kuliner, dan kegiatan sehari-hari juga bisa dioptimalkan, lanjut Dennis. Ia juga menyarankan agar disetiap postingan juga disertai hastag yang relevan pada comment pertama. Isi dari feed Instagram juga mempengaruhi follower, disarankan untuk memperbaiki feed Instagram supaya menarik follower untuk tetap menyukai setiap postingan kita. (Humas Dispendik Surabaya)