750 Guru SMP mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya baik negeri maupun swasta hari ini, Jumat (24/11) mengikuti pelatihan membatik yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) di SMPN 12.
“Setelah mendapatkan pelatihan mereka nantinya akan mengamalkan ilmu membatik kepada para siswa” ujar Kepala Bidang Sekolah Menengah Sudarminto.
Sudarminto mengatakan akan pentingnya menanamkan budaya bangsa kepada siswa sebagai wujud penguatan pendidikan karakter di sekolah. Menurutnya, dengan membatik para siswa dapat mempelajari kearifan lokal yang dimiliki bangsa.
Pelatih membatik, Syarif Usman mengatakan bahwa kegiatan pelatihan membatik memasuki hari kedua. Dimana proses pengeblokan hingga pencelupan kain batik ke pewarna batik (naftol). “Kali ini memasuki tahap pengeblokan kain batik yang telah dibuat masing-masing guru. Setelah itu masuk pada proses pewarnaan batik dengan teknik celup naftol,” terangnya.
Menurut Syarif, saat proses membatik hampir mayoritas guru telah bisa membatik. Sebab, ia bersama delapan pelatih memberikan arahan dan cara sesederhana mungkin agar mudah dipahami saat membatik. “Mereka (guru) rata-rata sudah bisa membatik. Tinggal mengarahkan proses membatik yang benar,” katanya.
Kegiatan membatik ini, lanjut Syarif, agar para guru seni budaya dan prakarya bisa mengajarkan ke anak didiknya. “Semoga setelah adanya pelatihan ini, semua guru bisa mengajarkan kepada siswanya,” harapnya.
Sementara itu, Guru Seni Budaya SMPN 39 Surabaya, Rika Arhandita mengaku belum menemukan kesulitan saat membatik. Bahkan, ia membuat batik Nusantara perpaduan motif Bali dan Kota Surabaya. Hal ini dinilai bagus lantaran kedua Kota memiliki ciri khas tersendiri. “Ini baru pertama kali dan membatik ternyata mengasyikkan. Ini saya buat batik Motif Bali dan Surabaya,” katanya sembari menunjukkan hasil membatiknya.
Setelah mendapatkan pelatihan membatik, Rika berjanji bakal menerapkan ilmu membatik kepada guru-guru dan siswa reguler dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurutnya, proses membatik ini dirasa mudah dan bisa diimplementasikan di lingkungan sekolahnya. “Kebetulan guru-guru SMPN 39 ini banyak yang ingin bisa membatik. Termasuk juga siswa reguler dan berkebutuhan khusus,” imbuhnya. (Humas Dispendik Surabaya)