Pentingnya menanamkan kesadaran kesehatan kepada para guru dan siswa melalui delapan gol UKS agar para generasi muda terbebas dari bahaya Rokok, Kenakalan Remaja, Kehamilan Pranikah , HIV/AIDS, Narkoba, Cacingan, Anemia dan Hepatitis menjadi sebuah tanggungjawab bersama. Melalui kader-kader UKS /Tiwisada, mulai dari tingkat TK/RA sampai SMA diharapkan mampu menjadi pelopor dalam menanggulangi hal tersebut.
Tadi pagi, Senin (23/01) bertempat di ruang Wahidin Sudirohusudo Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya lakukan pembekalan kepada 310 guru TK, SD dan SMP secara bergelombang. Salah satu hal penting yang menjadi pokok bahasan kali ini yakni mengenai terkait, kebijakan, pencegahan dan penanggulang HIV/AIDS, kenaalan remaja, konselor sebaya, deteksi dini untuk berbagai macam penyakit, dan sekolah berbudaya lingkungan.
Kasi Kesenian dan Olahraga Pendidikan Damaris Padmiasih mengutarakan, bahwa setelah memberikan pembekalan kepada guru, Dispendik juga nantinya akan langsung membekali kepada para siswa para calon-laon kader UKS /Tiwisada nantinya.
“Untuk tahap awal Dispendik melatih 310 guru dan dilanjutkan dengan melatih 390 siswa dari berbagai sekolah”.
Pada kesempatan ini, Kadispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM menyampaikan bahwa kita ingin anak-anak paham betul tentang delapan gol UKS dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah. Menurutnya para pendidik/guru sangat dipercaya oleh para siswa dan orang tua dalam memberikan informasi mengenai program-program UKS yang ada.
“Para guru juga dapat memberikan sosialisasi kepada orang tua agar saling menjaga dalam melahirkan para generasi emas bangsa yang berakhlak mulia”.
Sementara itu, pakar pendidikan Martadi berujar bahwa pendidikan itu menanam bukan memanen, dibutuhkan sebuah proses dan hasilnya tidak instan. Martadi menghimbau agar para guru mampu mengedukasi kepada para wali murid akan pentingnya program UKS.
“Kebanyakan para orang tua mengingikan proses yang instan, oleh karena itu sebagai seorang pendidik kita harus mampu menjelaskan proses tersebut”.
Martadi menambahkan, PAUD itu ibarat sebuah pondasi rumah. Dari luar memang tidak terlihat namun pondasi itulah yang nantinya akan membentuk sebuah bangunan yang kokoh seperti membentuk karakter anak.
“Jika salah membangun maka pondasi akan hancur dan susah untuk direnovasi”, tukasnya. (Humas Dispendik Surabaya)