Sebanyak 68 penari dan pemain musik ketipung membawakan tari Rereyogan dalam parade Surya Senja yang berlangsung di halaman Gedung Negara Grahadi. Tarian tersebut dibawakan langsung oleh para siswa dari SMPN 55 Surabaya.
Kepala SMPN 55 Bambang Sutedjo mengemukakan tari Rereyogan merupakan adalah tarian khas asal Jawa Timur yang terus dilestarikan oleh para siswa, terutama oleh para siswa di SMPN 55.
Menurutnya, sebelum mengikuti unjuk gelar Parade Surya Senja, mereka terus meningkatkan latihan untuk mempersembahkan penampilan sebaik mungking kepada para masyarakat yang melihat.
“Latihan semakin di tingkatkan yang semula seminggu hanya sekali, menjelang pagelaran dilakukan seminggu tiga kali di sekolah”, ujar Bambang, sore tadi Senin (17/09/2018).
Ia menambahkan, tidak hanya pertujukan tarian namun tarian tersebut juga diiringi dengan musik ketipung dan jimbe sehingga menambah pertunjukkan tarian semakin meriah.
“Meski baru berdiri dua tahun, kami berharap pengalaman para siswa dalam kesempatan ini dapat dijadikan bekal dalam meraih kesuksesan”, tutur Bambang.
Pada jaman dahulu Tari Rereyogan berasal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang mencari jati diri ke kota Tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja sebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa penat setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis ketipung yang hanya memiliki satu sisi untuk di pukul. karena memiliki kesamaan dengan para gemblak lainnya, akhirnya dibuatlah sebuah kesenian tersebut dengan tarian, Konon para Gemblak adalah para pemain kuda lumping pada kesenian Reyog Ponorogo.
Pada awalnya, Reog kendang bernama tabuhan kendang. karena pada perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan Reog Kadiri (saat ini bernama Jaranan) yang merupakan sebuah hiburan rakyat pada waktu itu, Selain itu Para Gemblak adalah mantan pemain Reyog Ponorogo, maka dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di kota Tulungagung. (Humas Dispendik Surabaya)