Sebanyak 46.141 peserta hari ini (18/05) mengikuti pelaksanaan Ujian Sekolah (US) yang dilaksanakan secara serentak di berbagai sekolah dasar Surabaya. Penyelenggaraan US pada hari pertama ini mendapatkan tinjauan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Dr. Ikhsan, S. Psi, MM bersama Kemenag Kota Surabaya dan Dewan Pendidikan Surabaya (DPS).
Tepat pukul 06.55, Ikhsan melakukan kunjungan di SDN Wiyung I selanjutnya dilanjutkan ke SDN Jajar Tunggal dan MIN Surabaya.
Mantan Kepala Bapemas dan KB tersebut mencoba menenangkan kondisi psikis para siswa yang sempat tegang sebelum pelaksanaan US berlangsung dengan mengajak mereka mengucapkan yel-yel pelajar Surabaya.
Dengan penuh semangat, Chrisna Jalesveva siswa kelas VI SDN Wiyung I menyanyikan yel-yel orpes yang berbunyi “Arek Suroboyo anti tawuran, Sifate cinta lingkungan, Jiwane jiwa, jiwa pahlawan Pokoke dadi panutan, We are we are Suro Boyo, We are we are Suro Boyo, Arek Suroboyo anti tawuran, Sifate cinta lingkungan, Jiwane jiwa, jiwa pahlawan Pokoke dadi panutan…”.
Yel –yel orpes terebut membuat suasana menjadi cair dan para siswa kembali bersemangat untuk menghadapi US hari pertama.
US pada hari pertama ini berlajan lancar. Fakta itu memang diperlihatkan ketika sidak ketiga sekolah di kawasan Surabaya Barat dan Selatan. Di SDN Wiyung I, sebanyak 178 siswa mengerjakan Usek cukup tenang dan lancar.
Begitupula yang terlihat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jambangan. Sebanyak 58 siswa mengerjakan Usek Bahasa Indonesia dengan masih semangat. Padahal, seminggu sebelumnya yakni tanggal 11, 12 dan 13 siswa MIN sudah mengerjakan Usek untuk mapel berbasis keagamaan, seperti Aqidah Akhlak, Alquran Hadist, Fiqih dan Bahasa Arab. Setelah itu, pada hari Kamis (20/5) dan Jum’at, siswa MIN melanjutkan Usek yang naskahnya dibuat oleh pihak sekolah sendiri yakni IPS, Bahasa Daerah, PKN dan Bahasa Inggris.
Dewan Pendidikan Martadi menambahkan sidak pada hari pertama ini sengaja dilakukan di sekolah yang berada di kawasan Surabaya Barat. “Surabaya barat ini perkembangannya cukup cepat. Banyak perumahan mewah, tapi jumlah sekolahnya minim sekali,” ungkapnya.
Sehingga, masyarakat di kawasan Surabaya Barat memilih sekolah di Surabaya Pusat dan Selatan. Efeknya, kemacetan di Surabaya meningkat karena orang tua harus mengantar dan menjemput anaknya. Yang cukup memprihatinkan jumlah sekolah yang minim ini berpengaruh terhadap psikologi anak. Pasalnya, anak dituntut sekolah jauh sehingga waktu siswa habis dalam perjalanan. “Apalagi waktu musim Usek begini. Ujiannya jam 08.00, siswa yang rumahnya jauh harus berangkat pukul 06.00 atau bahkan pukul 05.00 supaya tidak terlambat,” pungkasnya. (Humas Dispendik Surabaya)