Sebanyak 316 siswa Surabaya siap bertanding dalam Pekan Seni Pelajar (PSP) ke-7 di Banyuwangi. Mereka akan berlaga dalam berbagai jenis lomba, diantaranya seni tari, teater, kriya, paduan suara, pawai budaya, puisi, kasidah, dan gamelan jawa/tetembangan.
Kepala Bidang Kesenian, PLS, dan Olahraga Dispendik Drs. Dakah Wahyudi, M. Pd menuturkan dalam rangka mempersiakan PSP ke-7 di Banyuwangi para siswa telah dipersiapkan sebaik mungkin, seperti halnya melakukan evaluasi sebelum mereka diberangkatkan, baik ke PSP maupun mengikuti ajang O2SN.
“Kami berangkat bersama rombongan ke Banyuwangi sejak Jumat malam (29/05) menggunakan kereta api”, tutur Dakah.
Dakah menambahkan tidak ada target khusus yang harus dicapai, namun yang paling penting ialah memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengasah bakat dan potensinya di berbagai bidang.
Sementara itu, pembukaan PSP ke VII dilakukan Minggu (31/5) di Kantor Pemkab Banyuwangi. Acara dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Jatim Dr. H. Saifullah Yusuf, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Prof Kacung Maridjan, dan Kepala Dindik Jatim Dr. Saiful Rachman, M.M.,M.Pd.
Saiful Rachman mengatakan, PSP ketujuh ini mengambil tema Pekan Seni Pelajar sebagai wahana peningkatan prestasi dan pengembangan mutu kesenian di sekolah berbasis karakter pekerti bangsa. “Kita ingin eksistensi kesenian lebih kuat di dalam diri siswa,” kata dia.
Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf menjelaskan, PSP merupakan kegiatan yang tidak dimiliki oleh negara lain di dunia dan hanya ada di Jatim, Indonesia. Hal itulah yang membuat bangsa kita terhindar dari berbagai konflik. “Inilah kekuatan kita demi mempersiapkan adik-adik kita menjadi pemimpin bangsa,” ujar dia dalam sambutannya.
Gus Ipul, sapaan akrabnya, menegaskan, kesenian merupakan salah satu penonjolan pendidikan karakter. Di dalamnya ada beberapa poin penting, di antaranya kecerdasan dan olah pikir, moralitas, sampai meningkatkan kepedulian dan keterampilan. Meski demikian, selain mempertahankan bentuk-bentuk kesenian tradisi, kesenian tradisi harus mengikuti perkembangan masa kini. “Itulah inovasi kesenian dan itu penting. Asalkan tidak mengubah substansi seni,” tegasnya.
PSP, lanjut Gus Ipul, dapat menjadi panggung pelajar di Jatim untuk menampilkan bakat seni yang dimiliki. Di sisi lain, hal itu akan membuat kehidupan menjadi indah, bahagia, serta halus. “Contohnya tari Gandrung asal Banyuwangi yang dari dulu sudah seperti itu, tapi karena ada inovasi di dalamnya Gandrung menjadi disukai di era modern seperti sekarang,” ungkapnya.
Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Kacung Maridjan menambahkan, potensi kesenian di Indonesia cukup luar biasa. Indonesia diakui berhasil mengkonservasi dan mengembangkan kebudayaan lama.
Pengembangan kesenian ini salah satunya melalui wujud festival-festival seni yang pernah diadakan di seantero negeri. “Apa gunanya punya banyak kesenian kalau tidak dimanfaatkan, karena festival ini wujud mempromosikan kebudayaan kita. Jadi, dengan even seperti ini saya yakin Jatim akan menjadi lumbung sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni,” ungkapnya. (Humas Dispendik Surabaya)