Setelah beberapa hari yang lalu 224 pelajar dari berbagai jenjang ikut seleksi tes tulis. Hari ini, Rabu (07/09) 30 siswa yang lolos seleksi tes tulis mengikuti tahap selanjutnya, yakni focus group discussion(FGD) dan wawancara dalam pemilihan pelajar pelopor 2016.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) Dr. Ikhsan, S. Psi, MM mengemukakan pelajar pelopor merupakan sebuah wadah dalam mengapresiasi para siswa terhadap bakat dan kemampuan mereka diberbagai bidang kepemimpinan, enterpreneur, lingkungan, maupun sosial budaya.
“Ini merupakan tahun keempat, melalui pelajar pelopor diharapkan tidak hanya mampu melahirkan para calon-calon pemimpin yang dapat menginspirasi pelajar di Surabaya saja namun juga mampu menginspirasi pelajar di Indonesia”.
Ikhsan menambahkan, bahwa karya-karya pelajar pelopor nantinya akan dibuatkan sebuah katalog, tujuan agar dapat menjadi contoh pelajar-pelajar lainnya. Selain itu, melalui forum anak nasional yang kedua diselenggarakan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlinduangan Anak (KPPPA) dua pelajar asal Surabaya dinobatkan sebagai Tunas Muda Pemimpin Indonesia (TMPI) 2016. Mereka ialah Angelia Wahyu Kartika Budiarti dari SMPN 3 dan Wilson Tirta dari SMP dari Gloria.
Martadi, salah seorang juri menuturkan, konsep FGD dan Wawancara bukan diuji tapi lebih condong untuk berbagai pengalaman mengenai kepeloporan yang dilakukan para siswa baik di lingkungan sekolah mapun masyarakat.
Martadi menambahkan, pada tahap FGD para siswa diberikan sebuah teks naskah soal yang kemudian didiskusian bersama melalui kelompok-kelompok selama 20 menit, kemudian dilanjutkan dengan wawancara,.
“Untuk wawancara rinciannya 5 menit menyampaikan gagasan dan 10 menit melakukan klarifikasi”.
Sementara itu, pada tahap wawancara Liliani Chandranata berujar bahwa ia telah melakukan kepeloporannya melalui Gerakan Mentor Teman. Siswi asal SMP Santa Maria tersebut menerangkan bahwa melalui Geraka Mentor Teman membantu para siswa yang mengalami kesusahan dalam memahami sebuah pelajaran.
“Jadi para siswa yang pintar membimbing para siswa lainnya yang kurang paham, terutama pada mata pelajaran matematika dan pelaksanaannya dilakukan setelah jam pelajaran sekolah usai”.
Berbeda dengan Liliani, Gardana Wong Alit memanfatkan lahan yang sempit untuk membudidayakan sirih. Siswa yang masih duduk di bangku kelas V SDN Kaliasin I tersebut menjelaskan bersama lima teman sebayanya ia berupaya mensosialisasikan pembudidayaan sirih tidak hanya di sekolah, namun juga sampai ke tempat-tempat umum seperti, stasiun kereta api sampai beberapa mall-mall di Surabaya.
“Selain dapat ditanam pada lahan yang terbatas, sirih juga juga mampu menghasilkan oksigen dan mengobati beberpa penyakit secara alami”. (Humas Dispendik Surabaya)